Tampilkan postingan dengan label berita nasional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label berita nasional. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Agustus 2011

perjuangan salah satu dari jutaan warga NKRI


kalo bisa bawa banyak
kenapa harus sedikit.....

perjuangan salah satu dari jutaan warga NKRI
untuk menuju diri n keluarga menjadi lebih baik
agar anak2 bisa hidup layak
layak secara ekonomi
layak pola hidup
layak pendidikan
layak menu dapur
layak dalam bergaul...
layak jiwa n spiritualnya

kadang kita tidak mengerti
kita berjuang memperjuangkan diri sendiri
bila peeetani dihianati oleh harga jatuh dikala panen
bila peternak dihianati disaat mengunduh
bila pegawai dihianati oleh harga pasar

sementara kebutuhan yang lain merangkat naik

punya daya jual
namun kehilangan daya beli....

Minggu, 12 Juni 2011

Poppy Susanti Dharsono, Takjup Dengan Batik Tulis Kebumen


Perancang busana terkenal yang anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Poppy Susanti Dharsono, dalam kunjungan kerjanya untuk mengisi masa reses pertama tahun 2010 DPD RI di wilayah Provinsi Jawa Tengah, menyempatkan diri berkunjung ke sentra kerajinan batik di Kebumen. Hasil kunjungan tersebut ternyata menggoreskan kesan mendalam di hati desainer senior tersebut.

“Ternyata batik Kebumen benar-benar sangat menarik, baik dilihat dari sisi motif maupun seni pewarnaannya. Tapi tolong, pakem-pakem asli yang sudah ada dilestarikan dengan komitemen yang tinggi, karena bisa menjadi ciri khas batik Kebumen,” ujar Poppy saat mengunjungi Kelompok Perajin Batik “Mawar” Desa Jemur Kecamatan Pejagoan Kebumen, Selasa (23/3).

Kunjungan itu dilakukannya setelah tatap muka dengan berbagai komponen masyarakat Kebumen di Hotel Putra Kebumen pada Senin (22/3) malam dan jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kebumen di Ruang Rapat Bupati Kebumen, Selasa (23/3) pagi.

Setelah melihat batik-batik tulis yang terpajang di show room kelompok tersebut, Poppy menemukan kesan bahwa batik bermotif asli khas Kebumen cenderung ramai dan rumit motifnya. Yang sepertinya, tak terkesan sederhana dan seadanya, juga memiliki kekayaan warna yang beragam dalam satu kainnya. Tak lupa Poppy menularkan pengalamannya bergelut dengan dunia batik kepada perajin melalui kiat-kiat penuangan motif dan warna ke atas kain batik.

Sambil memborong sejumlah kain batik milik kelompok itu, Poppy menyatakan ingin selalu memantau perkembangan batik Kebumen dan menjalin hubungan bisnis dengan perajin. Kesanggupan bermitra bisnis itu diucapkan Poppy sambil memesan dibuatkan batik berbagai ukuran dan menyebutkan kriteria – kriteria kualitas batik yang bisa diterima oleh segmen pasar miliknya.

copas : http://www.krjogja.com/news/detail/25405/Poppy.Dharsono.Kagumi.Batik.Kebumen.html

Jumat, 10 Juni 2011

Pilgub Dikembalikan Lagi ke DPRD Pilkada, Hanya Atur Calon Tunggal


Tak ada lagi Pilkada langsung bagi jabatan gubernur. Proses itu dihapus, karena pemilihan orang nomor satu di tingkat provinsi itu dikembalikan lagi ke dalam mekanisme DPRD. Ketentuan tersebut termaktub dalam draft revisi UU Pemda yang bakal segera diserahkan pemerintah kepada DPR pada akhir Juni mendatang, guna dilakukan pembahasan.


"Dalam usulan kita, Pilgub dilakukan tidak langsung, lewat perwakilan rakyat di DPRD, untuk pemilihan bupati/walikota akan dilakukan tetap secara langsung," jelas Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri, Prof Dr Djohermansyah Djohar di Bandung, Kamis (9/6).
Menurut dia, sejumlah pertimbangan menjadi alasan penghapusan Pilgub langsung. Di antaranya fungsi gubernur yang terbatas, lebih sebagai wakil pemerintah pusat dibanding berperan sebagai kepala daerah. Dengan demikian, legitimasinya dinilai cukup dari DPRD.
Dijelaskan, kondisi itu berbeda dibandingkan peran bupati dan walikota dengan kewenangan otonomi yang lebih luas. Dengan sejumlah desentralisasi urusan pemerintahan, keberadaannya dianggap memerlukan pengakuan yang lebih kuat melalui proses Pilkada langsung.
"Langkah ini juga lebih mengefisienkan demokrasi Indonesia, karena ongkosnya (Pilgub-red) sangat mahal, baik penyelenggaraannya maupun dari kantong kandidat sendiri," imbuhnya.
Dia mencontohkan kasus Pilgub Jatim 2008 yang dimenangkan pasangan Soekarwo-Syaifullah Yusuf. Pelaksanaan sebanyak tiga kali putaran, ditambah pemilihan ulang saja menghabiskan dana hingga Rp 970 miliar. Dalam usulan Kemendagri, penyelenggaraan Pilgub melalui DPRD diklaim hanya akan menghabiskan dana kurang dari Rp 100 juta.
Pasalnya, kampanye lebih ditekan tak joran-joran sekaligus menghindari konflik horizontal. Proses pemilihannya pun semuanya dilakukan dalam satu hari mulai penetapan calon, penyampaian visi misi, dan pemilihan. Pemilihan satu hari ini sebagai jawaban kekhawatiran banyak pihak.
"Ini sudah disimulasi. One day election ini untuk menghindari politik uang. Selain itu, yang ketahuan bermain uang akan langsung didiskualifikasi pencalonannya," papar Djohan.
Calon Tunggal
Berbeda dengan proses Pilkada sebelumnya, yang menggunakan sistem paket pasangan, materi revisi juga mengusulkan pemilihan hanya diikuti calon tunggal yakni sebatas calon gubernur, bupati, dan walikota. Untuk posisi wakil kepala daerah, seperti dijelaskan Djohan, kewenangan itu memang diserahkan kepada calon terpilih namun dengan persetujuan pemerintah pusat.
Figur pendamping tersebut yang sudah ditentukan itu berasal dari kalangan PNS yang memenuhi syarat karier profesional. Dalam prosesnya, sang wakil bisa lebih dari satu nama, akan diusulkan kepala daerah terpilih kepada pemerintah pusat. Pusat kemudian memberikan persetujuan bagi figur yang dinilai layak.
Lebih dari itu, posisi wakil kepala daerah bersifat tidak mutlak. Dalam kasus kota atau kabupaten kecil, posisi deputi itu bisa dihilangkan. Namun bagi provinsi besar, dimungkinkan keberadaan tiga Wagub.
Namun sebelum itu terjadi, imbuhnya, para kandidat kepala daerah itu baru boleh maju setelah mendapat dukungan suara antara 15-20 persen dari partai pengusung. Revisi juga masih mengakomodir jalur perseorangan.

Rabu, 08 Juni 2011

Pidato Mantan Presiden RI, BJ Habibie


Mantan Presiden BJ Habibie mengungkapan secara tepat analisanya mengenai penyebab nilai-nilai Pancasila yang seolah-olah diabaikan pasca era reformasi. Tak heran bila pidato yang disampaikannya secara berapi-api itu memukau para hadirin puncak peringatan Hari Lahir Pancasila.

Acara itu dihadiri oleh Presiden Kelima Megawati dan Presiden SBY. Mereka berpidato bergiliran. Berikut ini teks pidato lengkap Habibie yang disampaikan dalam acara yang digelar di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (1/6/2011).

Assalamu ‘alaikum wr wb, salam sejahtera untuk kita semua.

Hari ini tanggal 1 Juni 2011, enam puluh enam tahun lalu, tepatnya 1 Juni 1945, di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Bung Karno menyampaikan pandangannya tentang fondasi dasar Indonesia Merdeka yang beliau sebut dengan istilah Pancasila sebagai philosofische grondslag (dasar filosofis) atau sebagai weltanschauung (pandangan hidup) bagi Indonesia Merdeka.

Selama enam puluh enam tahun perjalanan bangsa, Pancasila telah mengalami berbagai batu ujian dan dinamika sejarah sistem politik, sejak jaman demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, era Orde Baru hingga demokrasi multipartai di era reformasi saat ini. Di setiap jaman, Pancasila harus melewati alur dialektika peradaban yang menguji ketangguhannya sebagai dasar filosofis bangsa Indonesia yang terus berkembang dan tak pernah berhenti di satu titik terminal sejarah.

Sejak 1998, kita memasuki era reformasi. Di satu sisi, kita menyambut gembira munculnya fajar reformasi yang diikuti gelombang demokratisasi di berbagai bidang. Namun bersamaan dengan kemajuan kehidupan demokrasi tersebut, ada sebuah pertanyaan mendasar yang perlu kita renungkan bersama: Di manakah Pancasila kini berada?

Pertanyaan ini penting dikemukakan karena sejak reformasi 1998, Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang tak lagi relevan untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila seolah hilang dari memori kolektif bangsa. Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip, dan dibahas baik dalam konteks kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan. Pancasila seperti tersandar di sebuah lorong sunyi justru di tengah denyut kehidupan bangsa Indonesia yang semakin hiruk-pikuk dengan demokrasi dan kebebasan berpolitik.

Mengapa hal itu terjadi? Mengapa seolah kita melupakan Pancasila?

Para hadirin yang berbahagia,

Ada sejumlah penjelasan, mengapa Pancasila seolah "lenyap" dari kehidupan kita. Pertama, situasi dan lingkungan kehidupan bangsa yang telah berubah baik di tingkat domestik, regional maupun global. Situasi dan lingkungan kehidupan bangsa pada tahun 1945 -- 66 tahun yang lalu -- telah mengalami perubahan yang amat nyata pada saat ini, dan akan terus berubah pada masa yang akan datang. Beberapa perubahan yang kita alami antara lain:
(1) terjadinya proses globalisasi dalam segala aspeknya;
(2) perkembangan gagasan hak asasi manusia (HAM) yang tidak diimbagi dengan kewajiban asasi manusia (KAM);
(3) lonjakan pemanfaatan teknologi informasi oleh masyarakat, di mana informasi menjadi kekuatan yang amat berpengaruh dalam berbagai aspek kehidupan, tapi juga yang rentan terhadap "manipulasi" informasi dengan segala dampaknya.

Ketiga perubahan tersebut telah mendorong terjadinya pergeseran nilai yang dialami bangsa Indonesia, sebagaimana terlihat dalam pola hidup masyarakat pada umumnya, termasuk dalam corak perilaku kehidupan politik dan ekonomi yang terjadi saat ini. Dengan terjadinya perubahan tersebut diperlukan reaktualisasi nilai-nilai pancasila agar dapat dijadikan acuan bagi bangsa Indonesia dalam menjawab berbagai persoalan yang dihadapi saat ini dan yang akan datang, baik persoalan yang datang dari dalam maupun dari luar. Kebelum-berhasilan kita melakukan reaktualisasi nilai-nilai Pancasila tersebut menyebabkan keterasingan Pancasila dari kehidupan nyata bangsa Indonesia.

Kedua, terjadinya euphoria reformasi sebagai akibat dari traumatisnya masyarakat terhadap penyalahgunaan kekuasaan di masa lalu yang mengatasnamakan Pancasila. Semangat generasi reformasi untuk menanggalkan segala hal yang dipahaminya sebagai bagian dari masa lalu dan menggantinya dengan sesuatu yang baru, berimplikasi pada munculnya ‘amnesia nasional' tentang pentingnya kehadiran Pancasila sebagai grundnorm (norma dasar) yang mampu menjadi payung kebangsaan yang menaungi seluruh warga yang beragam suku bangsa, adat istiadat, budaya, bahasa, agama dan afiliasi politik. Memang, secara formal Pancasila diakui sebagai dasar negara, tetapi tidak dijadikan pilar dalam membangun bangsa yang penuh problematika saat ini.

Sebagai ilustrasi misalnya, penolakan terhadap segala hal yang berhubungan dengan Orde Baru, menjadi penyebab mengapa Pancasila kini absen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Harus diakui, di masa lalu memang terjadi mistifikasi dan ideologisasi Pancasila secara sistematis, terstruktur dan massif yang tidak jarang kemudian menjadi senjata ideologis untuk mengelompokkan mereka yang tak sepaham dengan pemerintah sebagai "tidak Pancasilais" atau "anti Pancasila" . Pancasila diposisikan sebagai alat penguasa melalui monopoli pemaknaan dan penafsiran Pancasila yang digunakan untuk kepentingan melanggengkan kekuasaan. Akibatnya, ketika terjadi pergantian rezim di era reformasi, muncullah demistifikasi dan dekonstruksi Pancasila yang dianggapnya sebagai simbol, sebagai ikon dan instrumen politik rezim sebelumnya. Pancasila ikut dipersalahkan karena dianggap menjadi ornamen sistem politik yang represif dan bersifat monolitik sehingga membekas sebagai trauma sejarah yang harus dilupakan.

Pengaitan Pancasila dengan sebuah rezim pemerintahan tententu, menurut saya, merupakan kesalahan mendasar. Pancasila bukan milik sebuah era atau ornamen kekuasaan pemerintahan pada masa tertentu. Pancasila juga bukan representasi sekelompok orang, golongan atau orde tertentu. Pancasila adalah dasar negara yang akan menjadi pilar penyangga bangunan arsitektural yang bernama Indonesia. Sepanjang Indonesia masih ada, Pancasila akan menyertai perjalanannya. Rezim pemerintahan akan berganti setiap waktu dan akan pergi menjadi masa lalu, akan tetapi dasar negara akan tetap ada dan tak akan menyertai kepergian sebuah era pemerintahan!

Para hadirin yang berbahagia,

Pada refleksi Pancasila 1 Juni 2011 saat ini, saya ingin menggarisbawahi apa yang sudah dikemukakan banyak kalangan yakni perlunya kita melakukan reaktualisasi, restorasi atau revitalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam rangka menghadapi berbagai permasalahan bangsa masa kini dan masa datang. Problema kebangsaan yang kita hadapi semakin kompleks, baik dalam skala nasional, regional maupun global, memerlukan solusi yang tepat, terencana dan terarah dengan menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai pemandu arah menuju hari esok Indonesia yang lebih baik.

Oleh karena Pancasila tak terkait dengan sebuah era pemerintahan, termasuk Orde Lama, Orde Baru dan orde manapun, maka Pancasila seharusnya terus menerus diaktualisasikan dan menjadi jati diri bangsa yang akan mengilhami setiap perilaku kebangsaan dan kenegaraan, dari waktu ke waktu. Tanpa aktualisasi nilai-nilai dasar negara, kita akan kehilangan arah perjalanan bangsa dalam memasuki era globalisasi di berbagai bidang yang kian kompleks dan rumit.

Reformasi dan demokratisasi di segala bidang akan menemukan arah yang tepat manakala kita menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila dalam praksis kehidupan berbangsa dan bernegara yang penuh toleransi di tengah keberagaman bangsa yang majemuk ini. Reaktualisasi Pancasila semakin menemukan relevansinya di tengah menguatnya paham radikalisme, fanatisme kelompok dan kekerasan yang mengatasnamakan agama yang kembali marak beberapa waktu terakhir ini. Saat infrastruktur demokrasi terus dikonsolidasikan, sikap intoleransi dan kecenderungan mempergunakan kekerasan dalam menyelesaikan perbedaan, apalagi mengatasnamakan agama, menjadi kontraproduktif bagi perjalanan bangsa yang multikultural ini. Fenomena fanatisme kelompok, penolakan terhadap kemajemukan dan tindakan teror kekerasan tersebut menunjukkan bahwa obsesi membangun budaya demokrasi yang beradab, etis dan eksotis serta menjunjung tinggi keberagaman dan menghargai perbedaan masih jauh dari kenyataan.

Krisis ini terjadi karena luruhnya kesadaran akan keragaman dan hilangnya ruang publik sebagai ajang negosiasi dan ruang pertukaran komunikasi bersama atas dasar solidaritas warganegara. Demokrasi kemudian hanya menjadi jalur antara bagi hadirnya pengukuhan egoisme kelompok dan partisipasi politik atas nama pengedepanan politik komunal dan pengabaian terhadap hak-hak sipil warganegara serta pelecehan terhadap supremasi hukum.

Dalam perspektif itulah, reaktualisasi Pancasila diperlukan untuk memperkuat paham kebangsaan kita yang majemuk dan memberikan jawaban atas sebuah pertanyaan akan dibawa ke mana biduk peradaban bangsa ini berlayar di tengah lautan zaman yang penuh tantangan dan ketidakpastian? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita perlu menyegarkan kembali pemahaman kita terhadap Pancasila dan dalam waktu yang bersamaan, kita melepaskan Pancasila dari stigma lama yang penuh mistis bahwa Pancasila itu sakti, keramat dan sakral, yang justru membuatnya teraleinasi dari keseharian hidup warga dalam berbangsa dan bernegara. Sebagai sebuah tata nilai luhur (noble values), Pancasila perlu diaktualisasikan dalam tataran praksis yang lebih ‘membumi' sehingga mudah diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan.

Para hadirin yang berbahagia,

Sebagai ilustrasi misalnya, kalau sila kelima Pancasila mengamanatkan terpenuhinya "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia", bagaimana implementasinya pada kehidupan ekonomi yang sudah menggobal sekarang ini?

Kita tahu bahwa fenomena globalisasi mempunyai berbagai bentuk, tergantung pada pandangan dan sikap suatu Negara dalam merespon fenomena tersebut. Salah satu manifestasi globalisasi dalam bidang ekonomi, misalnya, adalah pengalihan kekayaan alam suatu Negara ke Negara lain, yang setelah diolah dengan nilai tambah yang tinggi, kemudian menjual produk-produk ke Negara asal, sedemikian rupa sehingga rakyat harus "membeli jam kerja" bangsa lain. Ini adalah penjajahan dalam bentuk baru, neo-colonialism, atau dalam pengertian sejarah kita, suatu "VOC (Verenigte Oostindische Companie) dengan baju baru".

Implementasi sila ke-5 untuk menghadapi globalisasi dalam makna neo-colnialism atau "VOC-baju baru" itu adalah bagaimana kita memperhatikan dan memperjuangkan "jam kerja" bagi rakyat Indonesia sendiri, dengan cara meningkatkan kesempatan kerja melalui berbagai kebijakan dan strategi yang berorientasi pada kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Sejalan dengan usaha meningkatkan "Neraca Jam Kerja" tersebut, kita juga harus mampu meningkatkan "nilai tambah" berbagai produk kita agar menjadi lebih tinggi dari "biaya tambah"; dengan ungkapan lain, "value added" harus lebih besar dari "added cost". Hal itu dapat dicapai dengan peningkatan produktivitas dan kualitas sumberdaya manusia dengan mengembangkan, menerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam forum yang terhormat ini, saya mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya para tokoh dan cendekiawan di kampus-kampus serta di lembaga-lembaga kajian lain untuk secara serius merumuskan implementasi nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam lima silanya dalam berbagai aspek kehidupan bangsa dalam konteks masa kini dan masa depan. Yang juga tidak kalah penting adalah peran para penyelenggara Negara dan pemerintahan untuk secara cerdas dan konsekuen serta konsisten menjabarkan implementasi nilai-nilai Pancasila tersebut dalam berbagai kebijakan yang dirumuskan dan program yang dilaksanakan. Hanya dengan cara demikian sajalah, Pancasila sebagai dasar Negara dan sebagai pandangan hidup akan dapat ‘diaktualisasikan' lagi dalam kehidupan kita.

Memang, reaktualisasi Pancasila juga mencakup upaya yang serius dari seluruh komponen bangsa untuk menjadikan Pancasila sebagai sebuah visi yang menuntun perjalanan bangsa di masa datang sehingga memposisikan Pancasila menjadi solusi atas berbagai macam persoalan bangsa. Melalui reaktualisasi Pancasila, dasar negara itu akan ditempatkan dalam kesadaran baru, semangat baru dan paradigma baru dalam dinamika perubahan sosial politik masyarakat Indonesia.

Para hadirin yang saya hormati,

Oleh karena itu saya menyambut gembira upaya Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akhir-akhir ini gencar menyosialisasikan kembali empat pilar kebangsaan yang fundamental: Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI. Keempat pilar itu sebenarnya telah lama dipancangkan ke dalam bumi pertiwi oleh para founding fathers kita di masa lalu. Akan tetapi, karena jaman terus berubah yang kadang berdampak pada terjadinya diskotinuitas memori sejarah, maka menyegarkan kembali empat pilar tersebut, sangat relevan dengan problematika bangsa saat ini. Sejalan dengan itu, upaya penyegaran kembali juga perlu dilengkapi dengan upaya mengaktualisasikan kembali nilai-nilai yang terkandung dalam keempat pilar kebangsaan tersebut.

Marilah kita jadikan momentum untuk memperkuat empat pilar kebangsaan itu melalui aktualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai weltanschauung, yang dapat menjadi fondasi, perekat sekaligus payung kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan membumikan nilai-nilai Pancasila dalam keseharian kita, seperti nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai permusyawaratan dan keadilan sosial, saya yakin bangsa ini akan dapat meraih kejayaan di masa depan. Nilai-nilai itu harus diinternalisasikan dalam sanubari bangsa sehingga Pancasila hidup dan berkembang di seluruh pelosok nusantara.

Aktualisasi nilai-nilai Pancasila harus menjadi gerakan nasional yang terencana dengan baik sehingga tidak menjadi slogan politik yang tidak ada implementasinya. Saya yakin, meskipun kita berbeda suku, agama, adat istiadat dan afiliasi politik, kalau kita mau bekerja keras kita akan menjadi bangsa besar yang kuat dan maju di masa yang akan datang.

Melalui gerakan nasional reaktualisasi nilai-nilai Pancasila, bukan saja akan menghidupkan kembali memori publik tentang dasar negaranya tetapi juga akan menjadi inspirasi bagi para penyelenggara negara di tingkat pusat sampai di daerah dalam menjalankan roda pemerintahan yang telah diamanahkan rakyat melalui proses pemilihan langsung yang demokratis. Saya percaya, demokratisasi yang saat ini sedang bergulir dan proses reformasi di berbagai bidang yang sedang berlangsung akan lebih terarah manakala nilai-nilai Pancasila diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Demikian yang bisa saya sampaikan. Terimakasih atas perhatiannya.

Wassalamu ‘alaikum wr wb.

Senin, 06 Juni 2011

Gempa Berkekuatan 3.9 SR Kembali di Rasakan Kebumen dan Banjarnegara





Plotting posisi kedua episentrum dan Kabupaten Kebumen. Nampak keduanya hanya tepisah jarak 4 km sehingga kemungkinan sumber gempanya adalah patahan dangkal sepanjang +/- 4 km yang terletak di perbatasan Kebumen-Banjarnegara. Lingkaran-lingkaran berlabel 3, 2, 1 menunjukkan batas daeah yang menerima getaran 3 MMI, 2 MMI dan 1 MMI.
Gempa tektonik berkekuatan 3,9 Skala Richter kembali mengguncang sebagian wilayah Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (6/6). Gempa terjadi pukul 02.11 WIB.

"Gempa kali ini berlokasi di 7,46 derajat lintang selatan dan 109,66 derajat bujur timur atau 24 kilometer barat laut Kebumen dengan kedalaman 11 kilometer," kata Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Banjarnegara, Ahmad Lani, melalui pesan singkat yang diterima ANTARA di Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara.

Gempa tersebut dirasakan di Banjarnegara III MMI (Mercalli Modify Intensity).

Sebelumnya, gempa tektonik berkekuatan 3,7 SR mengguncang sebagian wilayah Kabupaten Banjarnegara, Minggu (5/6), pukul 21.02 WIB.

Ia, mengatakan, gempa tersebut berlokasi di 7,60 derajat lintang selatan dan 109,67 derajat bujur timur.

"Lokasi gempa berada di wilayah Bantarkawung atau sekitar delapan kilometer sebelah Timur Laut Kebumen dengan kedalaman 10 kilometer. Ini gempa lokal dan dapat dirasakan hingga III MMI (Mercalli Modify Intensity) di Banjarnegara," katanya.

Pihaknya masih menunggu hasil analisis BMKG Pusat terkait penyebab gempa. "Kami masih menunggu hasil analisis dari pusat, apakah ada sesar yang aktif karena di wilayah Bantarkawung banyak terdapat sesar," katanya.

Seorang warga Kota Banjarnegara, Dhian, mengatakan, guncangan gempa, Senin dini hari tersebut, dirasakan cukup kencang.

"Banjarnegara diguncang gempa lagi, guncangannya lebih kencang dari yang semalam (5/6). Semoga tidak berimbas ke Gunung Dieng," katanya.

Kebumen Diguncang Gempa Hari INi, Minggu 05 Juni 2011

Kebumen, Gempa kembali dirasakan oleh warga kebumen dan Banjarnegara, Minggu Malam
05/06/2011-21:02:08 WIB.

Pusat gempa berada di darat 21 km Timur Laut Kebumen, dengan kekuatan 3.7 pada SR.

No. Tanggal Mag Kedlm Lokasi Keterangan Dirasakan
(MMI)
1 05/06/2011-21:02:08 WIB 3.7 SR 10 Km 7.49 LS 109.68 BT Pusat gempa berada di darat 21 km Timur Laut Kebumen III Banjarnegara, III Kebumen,
2 05/06/2011-18:40:06 WIB 3.1 SR 14 Km 8 LS 110.22 BT Pusat gempa berada di darat 19 km barat daya Bantul II-III Yogyakarta,
3 05/06/2011-16:41:04 WIB 4.3 SR 56 Km 2.59 LS 101.95 BT Pusat gempa berada di darat 65 km Barat laut Muaraman II Bengkulu,
4 05/06/2011-15:19:26 WIB 3.7 SR 10 Km 0.6 LS 99.78 BT Pusat gempa berada di laut 32 km Barat Daya Sungai Limau Pariaman II Padang Panjang,

Sumber : http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Geofisika/GempaDirasakan.bmkg

Selasa, 31 Mei 2011

Batik Kebumen, Motif Batik Tulis Kebumen

Motif Batik Tulis Kebumen, dengan corak yang alami hasil mahakarya dari tangan-tangan terampil yang diwariskan turun temurun dari para leluhur. Motif Batik Tulis Kebumen sangat kaya, karena jumlahnya lebih dari 200 motif. Dengan Motif Jadul (jaman dulu) kembali dihadirkan dengan harapan akan lebih menarik minat para pecinta batik di dunia.

Motif-motif batik asli dari Kebumen antara lain :jagalan, serikit, ngabah butah, kawung jenggot, pugeran, gringsing, ukel camel, sudah mulai dikenal di beberapa kota besar Indonesia. Jenis paling mahal adalah motif batik tulis jagalan dan serikit, karena tingkat kesulitan pembuatannya tinggi, dan dihasilkan  dari bahan baku dengan kwalitas nomer wahid.

Industri batik kebumen kini kembali dikembangkan di tujuh sentra batik yang terpisah di tujuh desa wilayah pada Kabupaten Kebumen. Yaitu di desa Seliling, Jemur, Tanuraksan, Batil, Surotrunan, Kambangsari, Pesawahan dan Ganggengan, Kebumen.

Seluruh perajin kini bertekad mengangkat kembali industri batik dari daerah mereka yang selama ini seakan terlupakan sebagai salah satu daerah penghasil batik.


Batik tulis lembaran dijual mulai kisaran RplOO.000.-Rpl juta-an.





























Sabtu, 30 April 2011

Apa yang Dilakukan Densus 88 Hingga Kedua Kaki Abdul Hamid Lumpuh?


Sidang ustadz Abu Bakar Ba'asyir kini sudah tidak menggunakan fasilitas telekonferen lagi, namun pada hari kedua penggunaan telekonferen terdapat saksi bernama Abdul Hamid, pria asal kota Solo.

Pada sidang ustadz Ba'asyir yang memperdengarkan kesaksian Abdul Hamid dengan menggunakan telekonferen, terlihat saksi dibawa ke petugas dengan didorong menggunakan kursi roda.

Abdul Hamid, pria asal Solo ini ditangkap oleh Densus 88 pada tanggal 13 Mei 2010 di jalan dekat Pasar Jongke, Solo.

Pada saat ditangkap, Abdul Hamid sedang mengendarai sepeda motor dan masih dalam keadaan sehat, namun pada saat dijadikan saksi melalui telekonferen kemarin terlihat Abdul Hamid didorong dengan kursi roda. Hakim Herri Swantoro yang mengadili ustadz Ba'asyir tidak menanyakan kepada saksi kenapa dirinya menggunakan kursi roda.

Team MuslimDaily kemudian mencoba menemui istri Abdul Hamid, ibu Enni Kustiyah, 35 tahun yang bertempat tinggal di kampung Ngruki, untuk menanyakan kenapa suaminya sekarang menggunakan kursi roda.

Dari penjelasan ibu Kustiyah, diketahui bahwa suaminya sekarang mengalami lumpuh kaki hingga tidak bisa berjalan.

Menurut ibu Kustiyah, suaminya mengalami lumpuh setelah dipukuli oleh Densus 88. Keluarga Abdul Hamid pertama kali bisa bertemu adalah 10 hari setelah penangkapannya, dan menurut ibu Kustiyah saat itu kondisi suaminya sudah babak belur.

Saat ini yang dirasakan Abdul Hamid pada kedua kakinya adalah panas didalam dan ketika diraba dari luar terasa dingin, tidak bisa untuk berdiri apalagi berjalan akibat dipukuli Densus 88 pada kedua lututnya saat diinterogasi.

Kaki Mengecil

Pihak Densus 88 juga sudah berusaha mengobati Abdul Hamid ke RS Kramat Jati, kata ibu Kustiyah. Namun hanya dengan pengobatan biasa hingga saat ini kedua kakinya tetap tidak bisa untuk berdiri bahkan kondisi kedua kakinya semakin mengecil.

Kini, keluarga hanya berharap Abdul Hamid segera ditangani untuk diobati, ibu Kustiyah mencoba meminta bantuan kepada MER-C melalui TPM agar bisa memeriksa suaminya yang kini ditahan di Rutan Narkoba Polda Metro Jaya. [muslimdaily.net]

Rabu, 27 April 2011

Ketua MK: NII Ada karena Pembiaran



Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menyatakan munculnya kembali nama gerakan Negara Islam Indonesia beberapa minggu terakhir ini diduga karena melihat kenyataan pembiaran sejumlah gerakan seperti sekte, premanisme, dan radikalisme yang berkembang di tengah masyarakat. Hal ini seolah-olah memberikan inspirasi bagi Negara Islam Indonesia untuk kembali memunculkan pergerakan mereka.

Menurut Mahfud, dirinya maupun masyarakat tentu saja menyimpan keheranan tersendiri karena NII yang sebelumnya sempat hilang dari peredaran kembali muncul dan menghebohkan masyarakat. Bahkan kemunculan NII ini juga dibarengi dengan konflik seperti penculikan, penipuan dan pencucian otak."NII tidak berdiri dan berjalan sendiri. Mereka berkembang dengan gerakan lain seperti sekteriasme, radikalisme, premanisme yang bisa berjalan tanpa bisa dikendalikan, sehingga NII juga terinspirasi untuk hadir kembali. Padahal NII tadinya bersembunyi dan takut-takut, tapi itu sekarang mulai berani muncul," ungkap Mahfud dalam jumpa pers Gelar Sarasehan Nasional Pancasila di Gedung Mahkamah Konstitusi, Rabu (27/4/2011).
"Kenapa bisa gerakan NII lolos dari pengamatan. Ini sesuatu yang tidak masuk akal. Mereka sampai bisa merekrut banyak orang. NII ini seperti virus yang berbahaya," ujarnya.

Mahfud menyatakan kehadiran NII ini menunjukkan pemerintah gamang dalam menindak tegas gerakan-gerakan yang menyimpang. Oleh karena itu, Pemerintah perlu menegakkan kembali nilai-nilai ideologi Pancasila kepada masyarakat dan melakukan langkah-langkah konkrit dengan langsung turun kepada masyarakat untuk mengawasi hal-hal semacam penyimpangan tersebut.

"Pertanyaannya kita masih berpancasila atau tidak? Harusnya Pemerintah yang bisa menjangkau masyarakat untuk menegakkan kembali Pancasila. Hal ini karena ada ancaman pada negara terhadap sebuah ideologi negara yaitu Pancasila," tegasnya

http://nasional.kompas.com

Download Gratis Buku PAI BP Kurikulum Merdeka

Download Gratis Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI BP) Kurikulum Merdeka melalui laman Sitem Informasi Perbukuan Indonesia (...