Kamis, 30 Juni 2011

Cara Mengatasi Error Pada Printer Canon MP 258

Berikut adalah cara mereset printer Canon MP 258 serta software canon resetternya. 

Indikasi awal :
Ketika printer MP258 dinyalakan akan menunjukkan error P 07 di LCD panelnya.

Cara Resetter MP 258 Canon Terbaru dan Lolos Uji :

1. Printer dalam keadaan mati dan kabel listrik terpasang.
2. Tekan Tombol STOP/RESET dan tahan, kemudian tekan tombol POWER dan tahan.
3. Tombol POWER masih ditekan, lepas tombol STOP/RESET, kemudian tekan tombol STOP/RESET 2 x dalam keadaan tombol power masih ditekan.
4. Lepas kedua tombol secara bersamaan.
5. Printer akan berproses beberapa saat (agak lama), kemudian LCD Panel akan menunjukkan angka NOL (0)
6. Komputer akan mendeteksi DEVICE BARU, Abaikan saja .....
7. Keadaan ini menunjukkan printer MP258 dalam keadaan SERVICE MODE dan siap direset.

DOWNLOAD PROGRAM RESETTER MP258 DI SINI

1. Exctract File Resetter MP258.
2. Siapkan 2 kertas di printer (ini untuk print pada waktu proses reset)
3. Jalankan program Resetter MP258.


4. Klik "MAIN", maka printer akan berproses, kemudian MP258 akan print satu halaman dengan tulisan " D=000.0 "



5. Klik " EEPROM Clear ".
6. Kemudian klik " EEPROM ", dan printer akan print hasil Resetter MP258. Salah satu barisnya tulisannya sbb:
"TPAGE(TTL=00000 COPY=00000)"



7. Matikan Printer dengan menekan tombol POWER.
8. Selesai...


BILA TERJADI PESAN Error E13 MP258 Bacalah petunjuk di bawah ini :

Indikasi awal:
Ketika printer dinyalakan LCD panel menunjukkan angka 1 dan kelihatan OK, tapi setelah di perintah print, maka akan muncul error E13 pada MP258 ini. Berikut gambar yg tampil di layar monitor :



Cara Mengatasi Error E13 MP258 :


1. Jika tampil error E13 dengan gambar diatas, berarti catrid warna membutuhkan reset (mengalami runout).

2. Caranya : tekan tombol STOP/RESET agak lama sampai LCD panel berputar, kemudian lepaskan.

3. Jika muncul error lagi E13, berarti catridge hitam juga butuh direset (mengalami runout), dan gambarnya adalah sbb :



4. Caranya sama : tekan tombol STOP/RESET agak lama sampai LCD panel berputar, kemudian lepaskan.

5. Selesai, printer MP258 yg error E13 akan normal kembali.


[ekohasan.blogspot.com]

Pengumuman SNMPTN 2011 Bisa Diakses Rabu Malam



Proses seleksi jalur ujian tertulis dan ujian keterampilan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2011 telah selesai dilaksanakan. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional (Dirjen Dikti Kemdiknas) Djoko Santoso menyampaikan, dari sebanyak 540.953 peserta SNMPTN yang dinyatakan diterima sebanyak 118.233 peserta.

Rinciannya, 56.856 peserta kelompok IPA dan 61.377 kelompok IPS. Menurutnya, jumlah pendaftar pada tahun ini meningkat dibandingkan tahun lalu 447.201 peserta.

"Ada kenaikan pendaftar sebanyak 20,96 persen," terang Djoko saat konferensi pers pengumuman SNMPTN 2011 di Gedung Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemdiknas, Jakarta, Selasa (28/6).

Djoko mengatakan, jumlah total yang diterima meningkat dibandingkan tahun lalu yang sebanyak 92.511. Daya tampung juga meningkat dari 96.684 kursi pada tahun lalu menjadi 119.041 kursi pada tahun ini.
Pada tahun ini, lanjut Djoko, terdapat sebanyak 808 bangku kosong. Jumlah ini menurun drastis dibandingkan tahun lalu sebanyak 4.173 kursi kosong. "Belum terisi karena yang kualified tidak masuk di situ atau memang jumlah pendaftarnya tidak banyak dan tidak terisi dari jumlah porsi yang ada," jelasnya.

Pengumuman hasil seleksi secara resmi pada 29 Juni 2011 pukul 19.00 WIB dan dapat diakses melalui laman www.snmptn.ac.id,www.ui.ac.id, www.itb.ac.id,www.undip.ac.id, dan www.its.ac.id. Sementara pengumuman melalui media cetak pada 30 Juni 2011.

Ketua Panitia SNMPTN, Herry Suhardiyanto menyampaikan, terdapat sebanyak 154.954 atau 28,64 persen peserta yang memiliki nilai di atas rata-rata nasional, tetapi tidak lolos seleksi. Nilai rerata untuk kelompok IPA 56,2, sedangkan untuk kelompok IPS 53,2. "Banyak anak pintar yang nilainya di atas rata-rata, tetapi tidak diterima," katanya.

Herry mengatakan, para peserta yang memiliki nilai tinggi, tetapi tidak lolos tersebut dikarenakan memilih program studi yang tingkat persaingannya tinggi. Dia menyebutkan, ada peserta yang meraih nilai 90 namun tidak lolos, tetapi ada juga diterima dengan nilai 30. "Ini kompetisi nasional dengan mekanisme perebutan tempat," ujarnya.

Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri (MRPTNI) Musliar Kasim menyampaikan, daya tampung pada jalur ujian tertulis sudah termasuk sisa kursi dari jalur undangan. Dia mengatakan, penambahan kouta ini sekaligus untuk memenuhi target 60 persen penerimaan mahasiswa melalui seleksi nasional. "Kita sudah sampaikan kepada para rektor untuk comply dengan Permendiknas Nomor 34/2010," katanya.

Menurut peraturan tersebut, perguruan tinggi dapat menjaring paling banyak 40 persen mahasiswa baru pada setiap program studi melalui pola penerimaan mahasiswa baru secara mandiri. Para peserta yang belum lolos SNMPTN masih memiliki peluang untuk mengikuti seleksi masuk PTN melalui jalur mandiri, yang dilaksanakan setelah SNMPTN. (jpnn)

Rabu, 15 Juni 2011

Dinihari Ini Gerhana Bulan Total Terlama Sepanjang Sejarah

Gerhana bulan total pada Kamis (16/6) pagi ini bertepatan 14 Rajab 1432 H, menurut para ahli, gerhana bulan terlama sepanjang sejarah, yakni mencapai 100 menit. Peneliti astronomi dan astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, memperkirakan peristiwa ini berpeluang menjadi salah satu gerhana bulan total terlama sepanjang sejarah. “Lamanya saat total sekitar 100 menit karena posisi bulan nanti dekat dengan pusat bayangan bumi,” ujar Thomas.


Ia menjelaskan, lama gerhana bulan total memang bergantung; pertama, jarak lintasan bulan terhadap pusat bayangan bumi, dan kedua, jarak bulan terhadap bumi.

Secara umum, kata Thomas, tidak ada dampak signifikan dari gerhana bulan tersebut. Salah satu yang mungkin akan menarik perhatian adalah kemungkinan pasang air laut maksimum. “Hal tersebut terjadi karna posisi bumi, bulan, dan matahari hampir berbentuk garis lurus. Efek gabungan ketiganya adalah pasang maksimum,” ujarnya.

Gerhana bulan total nanti bisa dilihat di seluruh wilayah Indonesia tanpa terkecuali. Hanya saja khusus untuk masyarakat yang tinggal di wilayah Papua tidak akan bisa melihat fase akhir dari gerhana bulan total karena saat itu sudah pagi. “Namun dari wilayah Indonesia barat hingga tengah akan bisa menyaksikan seluruh fase dari gerhana tersebut,” kata Thomas.

Sebagai mana diberitakan Pos Kota Online, masyarakat Indonesia dapat menyaksikan fenomena alam berupa gerhana bulan total (GBT) sekitar pukul 01:22 sampai dengan 05.30 Waktu Indonesia Barat (WIB). Masyarakat dapat menyaksikan gerhana cukup lama karena diperkirakan akan memakan waktu cukup lama. ” Puncak gerhana itu sendiri diprediksi akan terjadi tepat pukul 02.22 sampai dengan pukul 04.30,” kata Pengamat Bintang Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Evan Irawan Akbar.

Dia menegaskan, gerhana bulan total ini terjadi ketika bulan, bumi dan matahari berada pada satu garis lurus.

Meski fenomena ini terjadi setiap tahun, namun beberapa di antaranya tidak bisa disaksikan di tempat-tempat tertentu. Gerhana bulan total yang akan terjadi 16 Juni pada hampir semua wilayah di Indonesia dapat mengamatinya. “Ada beberapa bagian yang tidak tidak mengalami seluruh fase gerhana. Hanya pada prinsipnya kita bisa melihat secara jelas.”

Ketika gerhana ini memasuki puncaknya, demikian Evan, kondisi bulan akan benar-benar tertutup dan masyarakat akan melihat latar belakang bulan yang bernuansa kemerah-merahan. Warna tersebut, lanjut dia, terjadi akibat pembiasan cahaya matahari ketika menembus atmosfer bumi. “ Melalui fenomena yang luar biasa tersebut kita dapat melihat kualitas atmosfer bumi saat ini. Gerhana nanti sangat menakjubkan.”
Sejumlah ulama di Jakarta mengimbau umat Islam untuk menunaikan ibadah salat sunnah gerhana bulan. Hukumnya wajib dilaksanakan oleh umat Islam yang beriman. “Tunaikan salat sunnah gerhana bulan. Hukumnya sunnah muakkad,” kata Drs.H.Masyhuril Khamis, Ketua Pengurus Besar Aljam`iyatul Washliyah (PB Al Washliyah).

Kontak awal gerhana pukul 01:22:18 Wib dan kontak akhir gerhana pukul 05:02:36 Wib dan Salat Gerhana pukul 03:00 Wib, dilanjutkan khutbah, pengumpulan dan pembagian sadeqah.

copas dari : www.poskota.co.id

Tata Cara Shalat Gerhana


Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua raka’at dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai tata caranya.

Ada yang mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan sebagaimana shalat sunnah biasa, dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada sekali ruku’, dua kali sujud. Ada juga yang berpendapat bahwa shalat gerhana dilakukan dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada dua kali ruku’, dua kali sujud. Pendapat yang terakhir inilah yang lebih kuat sebagaimana yang dipilih oleh mayoritas ulama. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/435-437)

Hal ini berdasarkan hadits-hadits tegas yang telah kami sebutkan:
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.” (HR. Muslim no. 901)

“Aisyah menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.” (HR. Bukhari, no. 1044)

Ringkasnya, agar tidak terlalu berpanjang lebar, tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut:

[1] Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau shallallahu ’alaihi wa sallam juga tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya.

[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.

[3] Membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:

جَهَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)

[4] Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.

[5] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’

[6] Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.

[7] Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.

[8] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).

[9] Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.

[10] Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.

[11] Salam.

[12] Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak. (Lihat Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim, 349-356, Darul Fikr dan Shohih Fiqih Sunnah, 1/438)


  copas dari : www.muslim.or.id

Hal-Hal yang Dianjurkan Ketika Terjadi Gerhana

Pertama: perbanyaklah dzikir, istighfar, takbir, sedekah dan bentuk ketaatan lainnya.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044)


Kedua: keluar mengerjakan shalat gerhana secara berjama’ah di masjid.
Salah satu dalil yang menunjukkan hal ini sebagaimana dalam hadits dari ’Aisyah bahwasanya Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengendari kendaraan di pagi hari lalu terjadilah gerhana. Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melewati kamar istrinya (yang dekat dengan masjid), lalu beliau berdiri dan menunaikan shalat. (HR. Bukhari no. 1050). Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mendatangi tempat shalatnya (yaitu masjidnya) yang biasa dia shalat di situ. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/343)

Ibnu Hajar mengatakan, ”Yang sesuai dengan ajaran Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam adalah mengerjakan shalat gerhana di masjid. Seandainya tidak demikian, tentu shalat tersebut lebih tepat dilaksanakan di tanah lapang agar nanti lebih mudah melihat berakhirnya gerhana.” (Fathul Bari, 4/10)
Lalu apakah mengerjakan dengan jama’ah merupakan syarat shalat gerhana? Perhatikan penjelasan menarik berikut.

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin mengatakan, ”Shalat gerhana secara jama’ah bukanlah syarat. Jika seseorang berada di rumah, dia juga boleh melaksanakan shalat gerhana di rumah. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam,

فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا
”Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalatlah.” (HR. Bukhari no. 1043)

Dalam hadits ini, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam tidak mengatakan, ”(Jika kalian melihatnya), shalatlah kalian di masjid.” Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa shalat gerhana diperintahkan untuk dikerjakan walaupun seseorang melakukan shalat tersebut sendirian. Namun, tidak diragukan lagi bahwa menunaikan shalat tersebut secara berjama’ah tentu saja lebih utama (afdhol). Bahkan lebih utama jika shalat tersebut dilaksanakan di masjid karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengerjakan shalat tersebut di masjid dan mengajak para sahabat untuk melaksanakannya di masjid. Ingatlah, dengan banyaknya jama’ah akan lebih menambah kekhusu’an. Dan banyaknya jama’ah juga adalah sebab terijabahnya (terkabulnya) do’a.” (Syarhul Mumthi’, 2/430)

Ketiga: wanita juga boleh shalat gerhana bersama kaum pria.
Dari Asma` binti Abi Bakr, beliau berkata,
أَتَيْتُ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – زَوْجَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – حِينَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ ، فَإِذَا النَّاسُ قِيَامٌ يُصَلُّونَ ، وَإِذَا هِىَ قَائِمَةٌ تُصَلِّى فَقُلْتُ مَا لِلنَّاسِ فَأَشَارَتْ بِيَدِهَا إِلَى السَّمَاءِ ، وَقَالَتْ سُبْحَانَ اللَّهِ . فَقُلْتُ آيَةٌ فَأَشَارَتْ أَىْ نَعَمْ
“Saya mendatangi Aisyah radhiyallahu ‘anha -isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika terjadi gerhana matahari. Saat itu manusia tengah menegakkan shalat. Ketika Aisyah turut berdiri untuk melakukan sholat, saya bertanya: ‘Kenapa orang-orang ini?’ Aisyah mengisyaratkan tangannya ke langit seraya berkata, ‘Subhanallah (Maha Suci Allah).’ Saya bertanya: ‘Tanda (gerhana)?’ Aisyah lalu memberikan isyarat untuk mengatakan iya.” (HR. Bukhari no. 1053)
Bukhari membawakan hadits ini pada bab:

صَلاَةِ النِّسَاءِ مَعَ الرِّجَالِ فِى الْكُسُوفِ
”Shalat wanita bersama kaum pria ketika terjadi gerhana matahari.”

Ibnu Hajar mengatakan,
أَشَارَ بِهَذِهِ التَّرْجَمَة إِلَى رَدّ قَوْل مَنْ مَنَعَ ذَلِكَ وَقَالَ : يُصَلِّينَ فُرَادَى
”Judul bab ini adalah sebagai sanggahan untuk orang-orang yang melarang wanita tidak boleh shalat gerhana bersama kaum pria, mereka hanya diperbolehkan shalat sendiri.” (Fathul Bari, 4/6)

Kesimpulannya, wanita boleh ikut serta melakukan shalat gerhana bersama kaum pria di masjid. Namun, jika ditakutkan keluarnya wanita tersebut akan membawa fitnah (menggoda kaum pria), maka sebaiknya mereka shalat sendiri di rumah. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/345)

Keempat: menyeru jama’ah dengan panggilan “ash sholatu jaami’ah” dan tidak ada adzan maupun iqomah.
Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan,

أنَّ الشَّمس خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَبَعَثَ مُنَادياً يُنَادِي: الصلاَةَ جَامِعَة، فَاجتَمَعُوا. وَتَقَدَّمَ فَكَبرَّ وَصلَّى أربَعَ رَكَعَاتٍ في ركعَتَين وَأربعَ سَجَدَاتٍ.
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil jama’ah dengan: ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.” (HR. Muslim no. 901).

Dalam hadits ini tidak diperintahkan untuk mengumandangkan adzan dan iqomah. Jadi, adzan dan iqomah tidak ada dalam shalat gerhana.

Kelima: berkhutbah setelah shalat gerhana.
Disunnahkah setelah shalat gerhana untuk berkhutbah, sebagaimana yang dipilih oleh Imam Asy Syafi’i, Ishaq, dan banyak sahabat (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/435). Hal ini berdasarkan hadits:

عَنْ عَائِشةَ رَضي الله عَنْهَا قَالَتْ: خَسَفَتِ الشمسُ عَلَى عَهدِ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم. فَقَامَ فَصَلَّى رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم بالنَّاس فَأطَالَ القِيَام، ثُمَّ رَكَعَ فَأطَالَ الرُّكُوعَ، ثُمَّ قَامَ فَأطَالَ القيَامَ وَهو دُونَ القِيَام الأوَّلِ، ثم رَكَعَ فَأطَالَ الرُّكوعَ وهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأوَّلِ، ثُم سَجَدَ فَأطَالَ السُّجُودَ، ثم فَعَلَ في الركعَةِ الأخْرَى مِثْل مَا فَعَل في الركْعَةِ الأولى، ثُمَّ انصرَفَ وَقَدْ انجَلتِ الشَّمْسُ، فَخَطبَ الناسَ فَحَمِدَ الله وأثنَى عَليهِ ثم قالَ:
” إن الشَّمس و القَمَر آيتانِ مِنْ آيَاتِ الله لاَ تنْخَسِفَانِ لِمَوتِ أحد. وَلاَ لِحَيَاتِهِ. فَإذَا رَأيتمْ ذلك فَادعُوا الله وَكبروا وَصَلُّوا وَتَصَدَّ قوا”.
ثم قال: ” يَا أمةَ مُحمَّد ” : والله مَا مِنْ أحَد أغَْيَرُ مِنَ الله سُبْحَانَهُ من أن يَزْنَي عَبْدُهُ أوْ تَزني أمَتُهُ. يَا أمةَ مُحَمد، وَالله لو تَعْلمُونَ مَا أعلم لضَحكْتُمْ قَليلاً وَلَبَكَيتم كثِيراً “.

Dari Aisyah, beliau menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya, beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak. Setelah itu beliau berkhotbah di hadapan orang banyak, beliau memuji dan menyanjung Allah, kemudian bersabda, ”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”
Nabi selanjutnya bersabda, ”Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina. Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari, no. 1044)

Khutbah yang dilakukan adalah sekali sebagaimana shalat ’ied, bukan dua kali khutbah. Inilah pendapat yang benar sebagaimana dipilih oleh Imam Asy Syafi’i. (Lihat Syarhul Mumthi’, 2/433)

Tata Cara Shalat Gerhana
Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua raka’at dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai tata caranya.

Ada yang mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan sebagaimana shalat sunnah biasa, dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada sekali ruku’, dua kali sujud. Ada juga yang berpendapat bahwa shalat gerhana dilakukan dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada dua kali ruku’, dua kali sujud. Pendapat yang terakhir inilah yang lebih kuat sebagaimana yang dipilih oleh mayoritas ulama. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/435-437)

Hal ini berdasarkan hadits-hadits tegas yang telah kami sebutkan:
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.” (HR. Muslim no. 901)

“Aisyah menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.” (HR. Bukhari, no. 1044)

Ringkasnya, agar tidak terlalu berpanjang lebar, tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut:

[1] Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau shallallahu ’alaihi wa sallam juga tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya.
[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
[3] Membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:
جَهَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)
[4] Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.
[5] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’
[6] Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
[7] Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
[8] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).
[9] Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
[10] Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
[11] Salam.
[12] Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak. (Lihat Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim, 349-356, Darul Fikr dan Shohih Fiqih Sunnah, 1/438)

Nasehat Terakhir
Saudaraku, takutlah dengan fenomena alami ini. Sikap yang tepat ketika fenomena gerhana ini adalah takut, khawatir akan terjadi hari kiamat. Bukan kebiasaan orang seperti kebiasaan orang sekarang ini yang hanya ingin menyaksikan peristiwa gerhana dengan membuat album kenangan fenomena tersebut, tanpa mau mengindahkan tuntunan dan ajakan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika itu. Siapa tahu peristiwa ini adalah tanda datangnya bencana atau adzab, atau tanda semakin dekatnya hari kiamat. Lihatlah yang dilakukan oleh Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam:
عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى زَمَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَامَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ حَتَّى أَتَى الْمَسْجِدَ فَقَامَ يُصَلِّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ مَا رَأَيْتُهُ يَفْعَلُهُ فِى صَلاَةٍ قَطُّ ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِى يُرْسِلُ اللَّهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ ».
Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat sedemikian rupa.”
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda, ”Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah.” (HR. Muslim no. 912)

An Nawawi rahimahullah menjelaskan mengenai maksud kenapa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam takut, khawatir terjadi hari kiamat. Beliau rahimahullah menjelaskan dengan beberapa alasan, di antaranya:
Gerhana tersebut merupakan tanda yang muncul sebelum tanda-tanda kiamat seperti terbitnya matahari dari barat atau keluarnya Dajjal. Atau mungkin gerhana tersebut merupakan sebagian tanda kiamat. (Syarh Muslim, 3/322)

Hendaknya seorang mukmin merasa takut kepada Allah, khawatir akan tertimpa adzab-Nya. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam saja sangat takut ketika itu, padahal kita semua tahu bersama bahwa beliau shallallahu ’alaihi wa sallam adalah hamba yang paling dicintai Allah. Lalu mengapa kita hanya melewati fenomena semacam ini dengan perasaan biasa saja, mungkin hanya diisi dengan perkara yang tidak bermanfaat dan sia-sia, bahkan mungkin diisi dengan berbuat maksiat. Na’udzu billahi min dzalik.

Demikian penjelasan yang ringkas ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi seluruh kaum muslimin. Semoga kaum muslimin yang lain juga dapat mengetahui hal ini. Semoga kita selalu mendapatkan ilmu yang bermanfaat, dapat beramal sholih dan semoga kita selalu diberkahi rizki yang thoyib.


Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
  copas dari : www.muslim.or.id

Minggu, 12 Juni 2011

Meningkatkan Kualitas Sperma



Tahukah Anda berapa banyak jumlah sperma pria yang keluar saat bercinta? Sebuah penelitian pernah menghitung, seorang pria normal mampu melepaskan dua sampai enam mililiter cairan saat ejakulasi atau sekitar 20 juta ekor sel sperma per mililiter.


Berarti seorang pria maksimal mampu melepas 120 juta sperma sekali bercinta. Namun, ada juga yang tidak beruntung lantaran jumlah yang dikeluarkan sangat minim.
Bagi Anda yang memiliki gangguan kesuburan, para peneliti dunia meminta untuk tidak cemas lantaran masalah itu bisa diatasi. Bahkan dengan trik yang sangat sederhana tanpa ramuan dan pantangan yang bertele-tele.

Penelitian Universitas Sydney, Australia, menemukan trik menarik agar jumlah sperma pria meningkat. Mereka menyimpulkan hubungan seks yang dilakukan setiap hari dinilai mampu meningkatkan kualitas sekaligus jumlah sperma.

Para ahli dari Australia meneliti pada 42 pria yang memiliki kelainan sel sperma. Sperma pria normal biasanya berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala, tubuh dan ekor. Adapun pria yang diteliti ini memiliki bentuk kecil atau ada juga yang tidak memiliki ekor.

Hasilnya, para pria yang melakukan hubungan setiap hari mampu meminimalisasi jumlah sperma yang rusak jika dibanding pria yang bercinta beberapa hari sekali. "Trik ini mampu memperbaiki DNA," kata Allan Pacey, sekretaris the British Fertility Society, beberapa waktu lalu.

Anda pun tidak perlu khawatir karena bercinta setiap hari. Menurut terapis seks dan psikolog, Joy Davidson, bercinta bukan hanya berguna bagi kondisi psikis seseorang, tapi juga fisiknya.
Penelitian ilmiah membuktikan bercinta mampu mengusir stres, meningkatkan kekebalan tubuh, membakar kalori, memicu kepercayaan diri, dan membuat tidur lebih nyenyak.

Copas dari http://www.infokhatulistiwa.com

Poppy Susanti Dharsono, Takjup Dengan Batik Tulis Kebumen


Perancang busana terkenal yang anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Poppy Susanti Dharsono, dalam kunjungan kerjanya untuk mengisi masa reses pertama tahun 2010 DPD RI di wilayah Provinsi Jawa Tengah, menyempatkan diri berkunjung ke sentra kerajinan batik di Kebumen. Hasil kunjungan tersebut ternyata menggoreskan kesan mendalam di hati desainer senior tersebut.

“Ternyata batik Kebumen benar-benar sangat menarik, baik dilihat dari sisi motif maupun seni pewarnaannya. Tapi tolong, pakem-pakem asli yang sudah ada dilestarikan dengan komitemen yang tinggi, karena bisa menjadi ciri khas batik Kebumen,” ujar Poppy saat mengunjungi Kelompok Perajin Batik “Mawar” Desa Jemur Kecamatan Pejagoan Kebumen, Selasa (23/3).

Kunjungan itu dilakukannya setelah tatap muka dengan berbagai komponen masyarakat Kebumen di Hotel Putra Kebumen pada Senin (22/3) malam dan jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kebumen di Ruang Rapat Bupati Kebumen, Selasa (23/3) pagi.

Setelah melihat batik-batik tulis yang terpajang di show room kelompok tersebut, Poppy menemukan kesan bahwa batik bermotif asli khas Kebumen cenderung ramai dan rumit motifnya. Yang sepertinya, tak terkesan sederhana dan seadanya, juga memiliki kekayaan warna yang beragam dalam satu kainnya. Tak lupa Poppy menularkan pengalamannya bergelut dengan dunia batik kepada perajin melalui kiat-kiat penuangan motif dan warna ke atas kain batik.

Sambil memborong sejumlah kain batik milik kelompok itu, Poppy menyatakan ingin selalu memantau perkembangan batik Kebumen dan menjalin hubungan bisnis dengan perajin. Kesanggupan bermitra bisnis itu diucapkan Poppy sambil memesan dibuatkan batik berbagai ukuran dan menyebutkan kriteria – kriteria kualitas batik yang bisa diterima oleh segmen pasar miliknya.

copas : http://www.krjogja.com/news/detail/25405/Poppy.Dharsono.Kagumi.Batik.Kebumen.html

Download Gratis Buku PAI BP Kurikulum Merdeka

Download Gratis Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI BP) Kurikulum Merdeka melalui laman Sitem Informasi Perbukuan Indonesia (...