Kamis, 30 Juni 2011

Cara Mengatasi Error Pada Printer Canon MP 258

Berikut adalah cara mereset printer Canon MP 258 serta software canon resetternya. 

Indikasi awal :
Ketika printer MP258 dinyalakan akan menunjukkan error P 07 di LCD panelnya.

Cara Resetter MP 258 Canon Terbaru dan Lolos Uji :

1. Printer dalam keadaan mati dan kabel listrik terpasang.
2. Tekan Tombol STOP/RESET dan tahan, kemudian tekan tombol POWER dan tahan.
3. Tombol POWER masih ditekan, lepas tombol STOP/RESET, kemudian tekan tombol STOP/RESET 2 x dalam keadaan tombol power masih ditekan.
4. Lepas kedua tombol secara bersamaan.
5. Printer akan berproses beberapa saat (agak lama), kemudian LCD Panel akan menunjukkan angka NOL (0)
6. Komputer akan mendeteksi DEVICE BARU, Abaikan saja .....
7. Keadaan ini menunjukkan printer MP258 dalam keadaan SERVICE MODE dan siap direset.

DOWNLOAD PROGRAM RESETTER MP258 DI SINI

1. Exctract File Resetter MP258.
2. Siapkan 2 kertas di printer (ini untuk print pada waktu proses reset)
3. Jalankan program Resetter MP258.


4. Klik "MAIN", maka printer akan berproses, kemudian MP258 akan print satu halaman dengan tulisan " D=000.0 "



5. Klik " EEPROM Clear ".
6. Kemudian klik " EEPROM ", dan printer akan print hasil Resetter MP258. Salah satu barisnya tulisannya sbb:
"TPAGE(TTL=00000 COPY=00000)"



7. Matikan Printer dengan menekan tombol POWER.
8. Selesai...


BILA TERJADI PESAN Error E13 MP258 Bacalah petunjuk di bawah ini :

Indikasi awal:
Ketika printer dinyalakan LCD panel menunjukkan angka 1 dan kelihatan OK, tapi setelah di perintah print, maka akan muncul error E13 pada MP258 ini. Berikut gambar yg tampil di layar monitor :



Cara Mengatasi Error E13 MP258 :


1. Jika tampil error E13 dengan gambar diatas, berarti catrid warna membutuhkan reset (mengalami runout).

2. Caranya : tekan tombol STOP/RESET agak lama sampai LCD panel berputar, kemudian lepaskan.

3. Jika muncul error lagi E13, berarti catridge hitam juga butuh direset (mengalami runout), dan gambarnya adalah sbb :



4. Caranya sama : tekan tombol STOP/RESET agak lama sampai LCD panel berputar, kemudian lepaskan.

5. Selesai, printer MP258 yg error E13 akan normal kembali.


[ekohasan.blogspot.com]

Pengumuman SNMPTN 2011 Bisa Diakses Rabu Malam



Proses seleksi jalur ujian tertulis dan ujian keterampilan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2011 telah selesai dilaksanakan. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional (Dirjen Dikti Kemdiknas) Djoko Santoso menyampaikan, dari sebanyak 540.953 peserta SNMPTN yang dinyatakan diterima sebanyak 118.233 peserta.

Rinciannya, 56.856 peserta kelompok IPA dan 61.377 kelompok IPS. Menurutnya, jumlah pendaftar pada tahun ini meningkat dibandingkan tahun lalu 447.201 peserta.

"Ada kenaikan pendaftar sebanyak 20,96 persen," terang Djoko saat konferensi pers pengumuman SNMPTN 2011 di Gedung Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemdiknas, Jakarta, Selasa (28/6).

Djoko mengatakan, jumlah total yang diterima meningkat dibandingkan tahun lalu yang sebanyak 92.511. Daya tampung juga meningkat dari 96.684 kursi pada tahun lalu menjadi 119.041 kursi pada tahun ini.
Pada tahun ini, lanjut Djoko, terdapat sebanyak 808 bangku kosong. Jumlah ini menurun drastis dibandingkan tahun lalu sebanyak 4.173 kursi kosong. "Belum terisi karena yang kualified tidak masuk di situ atau memang jumlah pendaftarnya tidak banyak dan tidak terisi dari jumlah porsi yang ada," jelasnya.

Pengumuman hasil seleksi secara resmi pada 29 Juni 2011 pukul 19.00 WIB dan dapat diakses melalui laman www.snmptn.ac.id,www.ui.ac.id, www.itb.ac.id,www.undip.ac.id, dan www.its.ac.id. Sementara pengumuman melalui media cetak pada 30 Juni 2011.

Ketua Panitia SNMPTN, Herry Suhardiyanto menyampaikan, terdapat sebanyak 154.954 atau 28,64 persen peserta yang memiliki nilai di atas rata-rata nasional, tetapi tidak lolos seleksi. Nilai rerata untuk kelompok IPA 56,2, sedangkan untuk kelompok IPS 53,2. "Banyak anak pintar yang nilainya di atas rata-rata, tetapi tidak diterima," katanya.

Herry mengatakan, para peserta yang memiliki nilai tinggi, tetapi tidak lolos tersebut dikarenakan memilih program studi yang tingkat persaingannya tinggi. Dia menyebutkan, ada peserta yang meraih nilai 90 namun tidak lolos, tetapi ada juga diterima dengan nilai 30. "Ini kompetisi nasional dengan mekanisme perebutan tempat," ujarnya.

Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri (MRPTNI) Musliar Kasim menyampaikan, daya tampung pada jalur ujian tertulis sudah termasuk sisa kursi dari jalur undangan. Dia mengatakan, penambahan kouta ini sekaligus untuk memenuhi target 60 persen penerimaan mahasiswa melalui seleksi nasional. "Kita sudah sampaikan kepada para rektor untuk comply dengan Permendiknas Nomor 34/2010," katanya.

Menurut peraturan tersebut, perguruan tinggi dapat menjaring paling banyak 40 persen mahasiswa baru pada setiap program studi melalui pola penerimaan mahasiswa baru secara mandiri. Para peserta yang belum lolos SNMPTN masih memiliki peluang untuk mengikuti seleksi masuk PTN melalui jalur mandiri, yang dilaksanakan setelah SNMPTN. (jpnn)

Rabu, 15 Juni 2011

Dinihari Ini Gerhana Bulan Total Terlama Sepanjang Sejarah

Gerhana bulan total pada Kamis (16/6) pagi ini bertepatan 14 Rajab 1432 H, menurut para ahli, gerhana bulan terlama sepanjang sejarah, yakni mencapai 100 menit. Peneliti astronomi dan astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, memperkirakan peristiwa ini berpeluang menjadi salah satu gerhana bulan total terlama sepanjang sejarah. “Lamanya saat total sekitar 100 menit karena posisi bulan nanti dekat dengan pusat bayangan bumi,” ujar Thomas.


Ia menjelaskan, lama gerhana bulan total memang bergantung; pertama, jarak lintasan bulan terhadap pusat bayangan bumi, dan kedua, jarak bulan terhadap bumi.

Secara umum, kata Thomas, tidak ada dampak signifikan dari gerhana bulan tersebut. Salah satu yang mungkin akan menarik perhatian adalah kemungkinan pasang air laut maksimum. “Hal tersebut terjadi karna posisi bumi, bulan, dan matahari hampir berbentuk garis lurus. Efek gabungan ketiganya adalah pasang maksimum,” ujarnya.

Gerhana bulan total nanti bisa dilihat di seluruh wilayah Indonesia tanpa terkecuali. Hanya saja khusus untuk masyarakat yang tinggal di wilayah Papua tidak akan bisa melihat fase akhir dari gerhana bulan total karena saat itu sudah pagi. “Namun dari wilayah Indonesia barat hingga tengah akan bisa menyaksikan seluruh fase dari gerhana tersebut,” kata Thomas.

Sebagai mana diberitakan Pos Kota Online, masyarakat Indonesia dapat menyaksikan fenomena alam berupa gerhana bulan total (GBT) sekitar pukul 01:22 sampai dengan 05.30 Waktu Indonesia Barat (WIB). Masyarakat dapat menyaksikan gerhana cukup lama karena diperkirakan akan memakan waktu cukup lama. ” Puncak gerhana itu sendiri diprediksi akan terjadi tepat pukul 02.22 sampai dengan pukul 04.30,” kata Pengamat Bintang Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Evan Irawan Akbar.

Dia menegaskan, gerhana bulan total ini terjadi ketika bulan, bumi dan matahari berada pada satu garis lurus.

Meski fenomena ini terjadi setiap tahun, namun beberapa di antaranya tidak bisa disaksikan di tempat-tempat tertentu. Gerhana bulan total yang akan terjadi 16 Juni pada hampir semua wilayah di Indonesia dapat mengamatinya. “Ada beberapa bagian yang tidak tidak mengalami seluruh fase gerhana. Hanya pada prinsipnya kita bisa melihat secara jelas.”

Ketika gerhana ini memasuki puncaknya, demikian Evan, kondisi bulan akan benar-benar tertutup dan masyarakat akan melihat latar belakang bulan yang bernuansa kemerah-merahan. Warna tersebut, lanjut dia, terjadi akibat pembiasan cahaya matahari ketika menembus atmosfer bumi. “ Melalui fenomena yang luar biasa tersebut kita dapat melihat kualitas atmosfer bumi saat ini. Gerhana nanti sangat menakjubkan.”
Sejumlah ulama di Jakarta mengimbau umat Islam untuk menunaikan ibadah salat sunnah gerhana bulan. Hukumnya wajib dilaksanakan oleh umat Islam yang beriman. “Tunaikan salat sunnah gerhana bulan. Hukumnya sunnah muakkad,” kata Drs.H.Masyhuril Khamis, Ketua Pengurus Besar Aljam`iyatul Washliyah (PB Al Washliyah).

Kontak awal gerhana pukul 01:22:18 Wib dan kontak akhir gerhana pukul 05:02:36 Wib dan Salat Gerhana pukul 03:00 Wib, dilanjutkan khutbah, pengumpulan dan pembagian sadeqah.

copas dari : www.poskota.co.id

Tata Cara Shalat Gerhana


Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua raka’at dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai tata caranya.

Ada yang mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan sebagaimana shalat sunnah biasa, dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada sekali ruku’, dua kali sujud. Ada juga yang berpendapat bahwa shalat gerhana dilakukan dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada dua kali ruku’, dua kali sujud. Pendapat yang terakhir inilah yang lebih kuat sebagaimana yang dipilih oleh mayoritas ulama. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/435-437)

Hal ini berdasarkan hadits-hadits tegas yang telah kami sebutkan:
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.” (HR. Muslim no. 901)

“Aisyah menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.” (HR. Bukhari, no. 1044)

Ringkasnya, agar tidak terlalu berpanjang lebar, tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut:

[1] Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau shallallahu ’alaihi wa sallam juga tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya.

[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.

[3] Membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:

جَهَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)

[4] Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.

[5] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’

[6] Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.

[7] Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.

[8] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).

[9] Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.

[10] Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.

[11] Salam.

[12] Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak. (Lihat Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim, 349-356, Darul Fikr dan Shohih Fiqih Sunnah, 1/438)


  copas dari : www.muslim.or.id

Hal-Hal yang Dianjurkan Ketika Terjadi Gerhana

Pertama: perbanyaklah dzikir, istighfar, takbir, sedekah dan bentuk ketaatan lainnya.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044)


Kedua: keluar mengerjakan shalat gerhana secara berjama’ah di masjid.
Salah satu dalil yang menunjukkan hal ini sebagaimana dalam hadits dari ’Aisyah bahwasanya Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengendari kendaraan di pagi hari lalu terjadilah gerhana. Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melewati kamar istrinya (yang dekat dengan masjid), lalu beliau berdiri dan menunaikan shalat. (HR. Bukhari no. 1050). Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mendatangi tempat shalatnya (yaitu masjidnya) yang biasa dia shalat di situ. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/343)

Ibnu Hajar mengatakan, ”Yang sesuai dengan ajaran Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam adalah mengerjakan shalat gerhana di masjid. Seandainya tidak demikian, tentu shalat tersebut lebih tepat dilaksanakan di tanah lapang agar nanti lebih mudah melihat berakhirnya gerhana.” (Fathul Bari, 4/10)
Lalu apakah mengerjakan dengan jama’ah merupakan syarat shalat gerhana? Perhatikan penjelasan menarik berikut.

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin mengatakan, ”Shalat gerhana secara jama’ah bukanlah syarat. Jika seseorang berada di rumah, dia juga boleh melaksanakan shalat gerhana di rumah. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam,

فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا
”Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalatlah.” (HR. Bukhari no. 1043)

Dalam hadits ini, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam tidak mengatakan, ”(Jika kalian melihatnya), shalatlah kalian di masjid.” Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa shalat gerhana diperintahkan untuk dikerjakan walaupun seseorang melakukan shalat tersebut sendirian. Namun, tidak diragukan lagi bahwa menunaikan shalat tersebut secara berjama’ah tentu saja lebih utama (afdhol). Bahkan lebih utama jika shalat tersebut dilaksanakan di masjid karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengerjakan shalat tersebut di masjid dan mengajak para sahabat untuk melaksanakannya di masjid. Ingatlah, dengan banyaknya jama’ah akan lebih menambah kekhusu’an. Dan banyaknya jama’ah juga adalah sebab terijabahnya (terkabulnya) do’a.” (Syarhul Mumthi’, 2/430)

Ketiga: wanita juga boleh shalat gerhana bersama kaum pria.
Dari Asma` binti Abi Bakr, beliau berkata,
أَتَيْتُ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – زَوْجَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – حِينَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ ، فَإِذَا النَّاسُ قِيَامٌ يُصَلُّونَ ، وَإِذَا هِىَ قَائِمَةٌ تُصَلِّى فَقُلْتُ مَا لِلنَّاسِ فَأَشَارَتْ بِيَدِهَا إِلَى السَّمَاءِ ، وَقَالَتْ سُبْحَانَ اللَّهِ . فَقُلْتُ آيَةٌ فَأَشَارَتْ أَىْ نَعَمْ
“Saya mendatangi Aisyah radhiyallahu ‘anha -isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika terjadi gerhana matahari. Saat itu manusia tengah menegakkan shalat. Ketika Aisyah turut berdiri untuk melakukan sholat, saya bertanya: ‘Kenapa orang-orang ini?’ Aisyah mengisyaratkan tangannya ke langit seraya berkata, ‘Subhanallah (Maha Suci Allah).’ Saya bertanya: ‘Tanda (gerhana)?’ Aisyah lalu memberikan isyarat untuk mengatakan iya.” (HR. Bukhari no. 1053)
Bukhari membawakan hadits ini pada bab:

صَلاَةِ النِّسَاءِ مَعَ الرِّجَالِ فِى الْكُسُوفِ
”Shalat wanita bersama kaum pria ketika terjadi gerhana matahari.”

Ibnu Hajar mengatakan,
أَشَارَ بِهَذِهِ التَّرْجَمَة إِلَى رَدّ قَوْل مَنْ مَنَعَ ذَلِكَ وَقَالَ : يُصَلِّينَ فُرَادَى
”Judul bab ini adalah sebagai sanggahan untuk orang-orang yang melarang wanita tidak boleh shalat gerhana bersama kaum pria, mereka hanya diperbolehkan shalat sendiri.” (Fathul Bari, 4/6)

Kesimpulannya, wanita boleh ikut serta melakukan shalat gerhana bersama kaum pria di masjid. Namun, jika ditakutkan keluarnya wanita tersebut akan membawa fitnah (menggoda kaum pria), maka sebaiknya mereka shalat sendiri di rumah. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/345)

Keempat: menyeru jama’ah dengan panggilan “ash sholatu jaami’ah” dan tidak ada adzan maupun iqomah.
Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan,

أنَّ الشَّمس خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَبَعَثَ مُنَادياً يُنَادِي: الصلاَةَ جَامِعَة، فَاجتَمَعُوا. وَتَقَدَّمَ فَكَبرَّ وَصلَّى أربَعَ رَكَعَاتٍ في ركعَتَين وَأربعَ سَجَدَاتٍ.
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil jama’ah dengan: ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.” (HR. Muslim no. 901).

Dalam hadits ini tidak diperintahkan untuk mengumandangkan adzan dan iqomah. Jadi, adzan dan iqomah tidak ada dalam shalat gerhana.

Kelima: berkhutbah setelah shalat gerhana.
Disunnahkah setelah shalat gerhana untuk berkhutbah, sebagaimana yang dipilih oleh Imam Asy Syafi’i, Ishaq, dan banyak sahabat (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/435). Hal ini berdasarkan hadits:

عَنْ عَائِشةَ رَضي الله عَنْهَا قَالَتْ: خَسَفَتِ الشمسُ عَلَى عَهدِ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم. فَقَامَ فَصَلَّى رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم بالنَّاس فَأطَالَ القِيَام، ثُمَّ رَكَعَ فَأطَالَ الرُّكُوعَ، ثُمَّ قَامَ فَأطَالَ القيَامَ وَهو دُونَ القِيَام الأوَّلِ، ثم رَكَعَ فَأطَالَ الرُّكوعَ وهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأوَّلِ، ثُم سَجَدَ فَأطَالَ السُّجُودَ، ثم فَعَلَ في الركعَةِ الأخْرَى مِثْل مَا فَعَل في الركْعَةِ الأولى، ثُمَّ انصرَفَ وَقَدْ انجَلتِ الشَّمْسُ، فَخَطبَ الناسَ فَحَمِدَ الله وأثنَى عَليهِ ثم قالَ:
” إن الشَّمس و القَمَر آيتانِ مِنْ آيَاتِ الله لاَ تنْخَسِفَانِ لِمَوتِ أحد. وَلاَ لِحَيَاتِهِ. فَإذَا رَأيتمْ ذلك فَادعُوا الله وَكبروا وَصَلُّوا وَتَصَدَّ قوا”.
ثم قال: ” يَا أمةَ مُحمَّد ” : والله مَا مِنْ أحَد أغَْيَرُ مِنَ الله سُبْحَانَهُ من أن يَزْنَي عَبْدُهُ أوْ تَزني أمَتُهُ. يَا أمةَ مُحَمد، وَالله لو تَعْلمُونَ مَا أعلم لضَحكْتُمْ قَليلاً وَلَبَكَيتم كثِيراً “.

Dari Aisyah, beliau menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya, beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak. Setelah itu beliau berkhotbah di hadapan orang banyak, beliau memuji dan menyanjung Allah, kemudian bersabda, ”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”
Nabi selanjutnya bersabda, ”Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina. Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari, no. 1044)

Khutbah yang dilakukan adalah sekali sebagaimana shalat ’ied, bukan dua kali khutbah. Inilah pendapat yang benar sebagaimana dipilih oleh Imam Asy Syafi’i. (Lihat Syarhul Mumthi’, 2/433)

Tata Cara Shalat Gerhana
Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua raka’at dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai tata caranya.

Ada yang mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan sebagaimana shalat sunnah biasa, dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada sekali ruku’, dua kali sujud. Ada juga yang berpendapat bahwa shalat gerhana dilakukan dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada dua kali ruku’, dua kali sujud. Pendapat yang terakhir inilah yang lebih kuat sebagaimana yang dipilih oleh mayoritas ulama. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/435-437)

Hal ini berdasarkan hadits-hadits tegas yang telah kami sebutkan:
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.” (HR. Muslim no. 901)

“Aisyah menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.” (HR. Bukhari, no. 1044)

Ringkasnya, agar tidak terlalu berpanjang lebar, tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut:

[1] Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau shallallahu ’alaihi wa sallam juga tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya.
[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
[3] Membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:
جَهَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)
[4] Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.
[5] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’
[6] Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
[7] Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
[8] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).
[9] Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
[10] Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
[11] Salam.
[12] Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak. (Lihat Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim, 349-356, Darul Fikr dan Shohih Fiqih Sunnah, 1/438)

Nasehat Terakhir
Saudaraku, takutlah dengan fenomena alami ini. Sikap yang tepat ketika fenomena gerhana ini adalah takut, khawatir akan terjadi hari kiamat. Bukan kebiasaan orang seperti kebiasaan orang sekarang ini yang hanya ingin menyaksikan peristiwa gerhana dengan membuat album kenangan fenomena tersebut, tanpa mau mengindahkan tuntunan dan ajakan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika itu. Siapa tahu peristiwa ini adalah tanda datangnya bencana atau adzab, atau tanda semakin dekatnya hari kiamat. Lihatlah yang dilakukan oleh Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam:
عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى زَمَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَامَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ حَتَّى أَتَى الْمَسْجِدَ فَقَامَ يُصَلِّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ مَا رَأَيْتُهُ يَفْعَلُهُ فِى صَلاَةٍ قَطُّ ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِى يُرْسِلُ اللَّهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ ».
Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat sedemikian rupa.”
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda, ”Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah.” (HR. Muslim no. 912)

An Nawawi rahimahullah menjelaskan mengenai maksud kenapa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam takut, khawatir terjadi hari kiamat. Beliau rahimahullah menjelaskan dengan beberapa alasan, di antaranya:
Gerhana tersebut merupakan tanda yang muncul sebelum tanda-tanda kiamat seperti terbitnya matahari dari barat atau keluarnya Dajjal. Atau mungkin gerhana tersebut merupakan sebagian tanda kiamat. (Syarh Muslim, 3/322)

Hendaknya seorang mukmin merasa takut kepada Allah, khawatir akan tertimpa adzab-Nya. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam saja sangat takut ketika itu, padahal kita semua tahu bersama bahwa beliau shallallahu ’alaihi wa sallam adalah hamba yang paling dicintai Allah. Lalu mengapa kita hanya melewati fenomena semacam ini dengan perasaan biasa saja, mungkin hanya diisi dengan perkara yang tidak bermanfaat dan sia-sia, bahkan mungkin diisi dengan berbuat maksiat. Na’udzu billahi min dzalik.

Demikian penjelasan yang ringkas ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi seluruh kaum muslimin. Semoga kaum muslimin yang lain juga dapat mengetahui hal ini. Semoga kita selalu mendapatkan ilmu yang bermanfaat, dapat beramal sholih dan semoga kita selalu diberkahi rizki yang thoyib.


Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
  copas dari : www.muslim.or.id

Minggu, 12 Juni 2011

Meningkatkan Kualitas Sperma



Tahukah Anda berapa banyak jumlah sperma pria yang keluar saat bercinta? Sebuah penelitian pernah menghitung, seorang pria normal mampu melepaskan dua sampai enam mililiter cairan saat ejakulasi atau sekitar 20 juta ekor sel sperma per mililiter.


Berarti seorang pria maksimal mampu melepas 120 juta sperma sekali bercinta. Namun, ada juga yang tidak beruntung lantaran jumlah yang dikeluarkan sangat minim.
Bagi Anda yang memiliki gangguan kesuburan, para peneliti dunia meminta untuk tidak cemas lantaran masalah itu bisa diatasi. Bahkan dengan trik yang sangat sederhana tanpa ramuan dan pantangan yang bertele-tele.

Penelitian Universitas Sydney, Australia, menemukan trik menarik agar jumlah sperma pria meningkat. Mereka menyimpulkan hubungan seks yang dilakukan setiap hari dinilai mampu meningkatkan kualitas sekaligus jumlah sperma.

Para ahli dari Australia meneliti pada 42 pria yang memiliki kelainan sel sperma. Sperma pria normal biasanya berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala, tubuh dan ekor. Adapun pria yang diteliti ini memiliki bentuk kecil atau ada juga yang tidak memiliki ekor.

Hasilnya, para pria yang melakukan hubungan setiap hari mampu meminimalisasi jumlah sperma yang rusak jika dibanding pria yang bercinta beberapa hari sekali. "Trik ini mampu memperbaiki DNA," kata Allan Pacey, sekretaris the British Fertility Society, beberapa waktu lalu.

Anda pun tidak perlu khawatir karena bercinta setiap hari. Menurut terapis seks dan psikolog, Joy Davidson, bercinta bukan hanya berguna bagi kondisi psikis seseorang, tapi juga fisiknya.
Penelitian ilmiah membuktikan bercinta mampu mengusir stres, meningkatkan kekebalan tubuh, membakar kalori, memicu kepercayaan diri, dan membuat tidur lebih nyenyak.

Copas dari http://www.infokhatulistiwa.com

Poppy Susanti Dharsono, Takjup Dengan Batik Tulis Kebumen


Perancang busana terkenal yang anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Poppy Susanti Dharsono, dalam kunjungan kerjanya untuk mengisi masa reses pertama tahun 2010 DPD RI di wilayah Provinsi Jawa Tengah, menyempatkan diri berkunjung ke sentra kerajinan batik di Kebumen. Hasil kunjungan tersebut ternyata menggoreskan kesan mendalam di hati desainer senior tersebut.

“Ternyata batik Kebumen benar-benar sangat menarik, baik dilihat dari sisi motif maupun seni pewarnaannya. Tapi tolong, pakem-pakem asli yang sudah ada dilestarikan dengan komitemen yang tinggi, karena bisa menjadi ciri khas batik Kebumen,” ujar Poppy saat mengunjungi Kelompok Perajin Batik “Mawar” Desa Jemur Kecamatan Pejagoan Kebumen, Selasa (23/3).

Kunjungan itu dilakukannya setelah tatap muka dengan berbagai komponen masyarakat Kebumen di Hotel Putra Kebumen pada Senin (22/3) malam dan jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kebumen di Ruang Rapat Bupati Kebumen, Selasa (23/3) pagi.

Setelah melihat batik-batik tulis yang terpajang di show room kelompok tersebut, Poppy menemukan kesan bahwa batik bermotif asli khas Kebumen cenderung ramai dan rumit motifnya. Yang sepertinya, tak terkesan sederhana dan seadanya, juga memiliki kekayaan warna yang beragam dalam satu kainnya. Tak lupa Poppy menularkan pengalamannya bergelut dengan dunia batik kepada perajin melalui kiat-kiat penuangan motif dan warna ke atas kain batik.

Sambil memborong sejumlah kain batik milik kelompok itu, Poppy menyatakan ingin selalu memantau perkembangan batik Kebumen dan menjalin hubungan bisnis dengan perajin. Kesanggupan bermitra bisnis itu diucapkan Poppy sambil memesan dibuatkan batik berbagai ukuran dan menyebutkan kriteria – kriteria kualitas batik yang bisa diterima oleh segmen pasar miliknya.

copas : http://www.krjogja.com/news/detail/25405/Poppy.Dharsono.Kagumi.Batik.Kebumen.html

Jumat, 10 Juni 2011

Cara Sehat Menikmati Kopi


KOPI merupakan minuman paling dikenal umat manusia. Tak seorang pun tak mengenal kopi. Minuman ini sudah dikenal di mana-mana sejak ratusan tahun lalu. Pada tahun 700-1000 M Kopi dikenal pertama kali oleh bangsa Arab sebagai minuman energi (untuk begadang). Penyebaran kopi dimulai saat itu bersamaan dengan penyebaran Islam. 

Sumber kopi pertama di Mocha salah satu derah di Yaman.





Di tahun 1000 M, Ibnu Sina, Seorang ilmuwan Arab, menyelidiki zat kimiawi kopi, dokumennya merupakan dokumen pertama yang diketahui membedah kopi dari ilmu kedokteran dan kesehatan.
Kopi mengandung kafein, yang merupakan derivat dari xantin. Kafein dapat menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak), sistem pernapasan, serta sistem pembuluh darah dan jantung. Sebab itu tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh kita terasa segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau pun mengantuk. Dampak positif ini menyebabkan orang sulit terlepas dari kebiasaan minum kopi.
Cara pengolahan dan penyeduhan kopi memberi andil terhadap konsentrasi kafein dalam minuman kopi. Sebagai contoh, kopi tubruk pada umumnya lebih keras karena bubuk kopi dalam cangkir atau gelas langsung diseduh air mendidih.
Kebiasaan minum kopi acap kali memunculkan efek "kecanduan" baik secara psikologis maupun fisiologis. Ciri umum ketergantungan kopi antara lain rasa letih atau lelah, tak bersemangat dan mengantuk kalau sehari saja tidak minum kopi. Yang wajar adalah mengonsumsi kopi sebanyak 85 - 200 mg atau 1 - 3 cangkir kopi.
Minum kopi di atas 250 mg sekaligus dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti jantung berdebar, gelisah, insomnia (sulit tidur), gugup, tremor (tangan bergetar), bahkan mual sampai muntah-muntah. Minum kopi juga berbahaya bagi penderita hipertensi (tekanan darah tinggi) karena senyawa kafein bisa menyebabkan tekanan darah meningkat tajam.
Selain itu, kopi juga bisa meningkatkan aliran darah ke ginjal dengan akibat produksi urin bertambah. Jadi, jangan heran kalau tak lama sehabis mengkonsumsi kopi kandung kencing cepat penuh. Minum kopi terlalu banyak bisa pula mengurangi kesuburan wanita, apalagi kalau dikombinasikan dengan alkohol.
Bagi wanita usia menopause, minum kopi dalam jumlah banyak bisa menambah risiko kekeroposan tulang (osteoporosis). Pada dosis sedang, kafein menaikkan produksi asam lambung yang berlangsung lama, sehingga dapat memperbesar risiko penyakit lambung, tukak lambung, atau tukak usus halus. Jadi para penderita kelemahan lambung hendaknya menghindari konsumsi kopi.
Kopi juga meningkatkan resiko terkena aterosklerosis karena meningkatkan konsentrasi homosistein. Atas dasar itu alangkah baiknya tidak minum kopi, khususnya bagi mereka yang berisiko tinggi penyakit jantung. Kalau pun harus minum kopi, untuk kita sebaiknya hanya 1-3 cangkir sehari dan itu pun tidak pada saat menjelang tidur.
Tips Sehat Minum Kopi :
1. Dosis
Memang belum ada ukuran yang pasti untuk dosis kopi yang boleh dikonsumsi orang. Namun kebanyakan penelitian mengungkapkan bahwa minum 300 mg caffeine (sekitar 1 sampai 3 cangkir kopi sehari) tidak memberikan efek negative pada kebanyakan orang sehat.
2. Sinyal Bahaya
Ketika mereguk kopi memang terasa nikmat, namun sering kali diikuti dengan sejuta rasa bersalah. Kenali sinyal bahaya kopi sehingga kita tahu kapan harus berhenti minum kopi. Sinyal bahaya itu antara lain: gelisah, jantung berdebar, gangguan tidur dan gangguan mood (mis: cepat marah). Seorang peminum kopi yang menghentikan kebiasaan minum kopinya dapat mengalami “caffeine withdrawal” yang ditandai oleh sakit kepala berdenyut, namun gejala ini akan hilang setelah 24-48 jam atau mendapat caffeine dosis baru.
3. Dengarkan Respon Tubuh
Setiap orang memiliki batasan sendiri mengenai konsumsi caffeine. Kebanyakan orang dapat mengkonsumsi 2 cangkir kopi sehari tanpa masalah. Namun ada pula yang mengalami efek buruknya dengan jumlah konsumsi kopi yang sama. Ada yang bercerita setelah minum secangkir kopi menjadi tak dapat tidur sepanjang malam, sebaliknya ada yang tertidur pulas setelah minum kopi. So, cara terbaik adalah dengarkan respon tubuh sendiri!
4. Kenali Kandungan Caffeine
Setelah mengetahui dosis dan respon tubuh, ada baiknya kita mengetahui kandungan caffeine dalam produk-produk yang sering kita konsumsi. Agar jangan sampai dosis kopi yang dianjurkan sudah tercapai, namun kita masih mengkonsumsi produk-produk lain yang mengandung caffeine sehingga merasakan efek buruk kopi. Beberapa produk lain yang perlu diperhatikan kandungan caffeine seperti misalnya : softdrink, permen kopi, teh, coklat, obat sakit kepala.
Cara pengolahan (roasting dan brewing) juga berpengaruh terhadap kandungan caffeine dalam kopi. Sebagai contoh, sebuah penelitian menunjukkan, secangkir kopi di Starbucks mengandung rata-rata 259 mg caffeine dibandingkan dengan kopi dengan jenis dan ukuran cangkir yang sama di Dunkin Donuts yang hanya mengandung 149 mg caffeine.
Dari penelitian lain, kopi decaf (kopi tanpa caffeine) baik untuk mereka yang mengalami obesitas karena dapat meningkatkan HDL (kolesterol “baik”) sekitar 50%. Sedangkan pada mereka yang tidak mengalami obesitas justru dapat menurunkan kolesterol HDL ini yang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung.
5. Coffee Mix
Lima milligram kalsium hilang untuk setiap 6 ons kopi yang dikonsumsi. Namun kehilangan kalsium ini dapat diatasi dengan menambahkan 2 sendok susu atau membuat espresso latte. Sedangkan campuran kopi dengan alkohol kurang baik terutama pada orang dengan gangguan hati dan campuran kopi dengan cream juga sebaiknya dihindari untuk mengurangi kalori yang berlebih. Caffeine juga berinteraksi dengan beberapa jenis obat. Bagi yang sedang mengkonsumsi obat, sebaiknya konsultasikan ke dokter.

6. Kelompok Anti-Kopi
Kelompok berikut disarankan untuk menghindari kopi: wanita hamil, anak-anak, orang tua, orang dengan penyakit jantung dan pembuluh darah/hipertensi.
http://suaramerdeka.com

Pilgub Dikembalikan Lagi ke DPRD Pilkada, Hanya Atur Calon Tunggal


Tak ada lagi Pilkada langsung bagi jabatan gubernur. Proses itu dihapus, karena pemilihan orang nomor satu di tingkat provinsi itu dikembalikan lagi ke dalam mekanisme DPRD. Ketentuan tersebut termaktub dalam draft revisi UU Pemda yang bakal segera diserahkan pemerintah kepada DPR pada akhir Juni mendatang, guna dilakukan pembahasan.


"Dalam usulan kita, Pilgub dilakukan tidak langsung, lewat perwakilan rakyat di DPRD, untuk pemilihan bupati/walikota akan dilakukan tetap secara langsung," jelas Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri, Prof Dr Djohermansyah Djohar di Bandung, Kamis (9/6).
Menurut dia, sejumlah pertimbangan menjadi alasan penghapusan Pilgub langsung. Di antaranya fungsi gubernur yang terbatas, lebih sebagai wakil pemerintah pusat dibanding berperan sebagai kepala daerah. Dengan demikian, legitimasinya dinilai cukup dari DPRD.
Dijelaskan, kondisi itu berbeda dibandingkan peran bupati dan walikota dengan kewenangan otonomi yang lebih luas. Dengan sejumlah desentralisasi urusan pemerintahan, keberadaannya dianggap memerlukan pengakuan yang lebih kuat melalui proses Pilkada langsung.
"Langkah ini juga lebih mengefisienkan demokrasi Indonesia, karena ongkosnya (Pilgub-red) sangat mahal, baik penyelenggaraannya maupun dari kantong kandidat sendiri," imbuhnya.
Dia mencontohkan kasus Pilgub Jatim 2008 yang dimenangkan pasangan Soekarwo-Syaifullah Yusuf. Pelaksanaan sebanyak tiga kali putaran, ditambah pemilihan ulang saja menghabiskan dana hingga Rp 970 miliar. Dalam usulan Kemendagri, penyelenggaraan Pilgub melalui DPRD diklaim hanya akan menghabiskan dana kurang dari Rp 100 juta.
Pasalnya, kampanye lebih ditekan tak joran-joran sekaligus menghindari konflik horizontal. Proses pemilihannya pun semuanya dilakukan dalam satu hari mulai penetapan calon, penyampaian visi misi, dan pemilihan. Pemilihan satu hari ini sebagai jawaban kekhawatiran banyak pihak.
"Ini sudah disimulasi. One day election ini untuk menghindari politik uang. Selain itu, yang ketahuan bermain uang akan langsung didiskualifikasi pencalonannya," papar Djohan.
Calon Tunggal
Berbeda dengan proses Pilkada sebelumnya, yang menggunakan sistem paket pasangan, materi revisi juga mengusulkan pemilihan hanya diikuti calon tunggal yakni sebatas calon gubernur, bupati, dan walikota. Untuk posisi wakil kepala daerah, seperti dijelaskan Djohan, kewenangan itu memang diserahkan kepada calon terpilih namun dengan persetujuan pemerintah pusat.
Figur pendamping tersebut yang sudah ditentukan itu berasal dari kalangan PNS yang memenuhi syarat karier profesional. Dalam prosesnya, sang wakil bisa lebih dari satu nama, akan diusulkan kepala daerah terpilih kepada pemerintah pusat. Pusat kemudian memberikan persetujuan bagi figur yang dinilai layak.
Lebih dari itu, posisi wakil kepala daerah bersifat tidak mutlak. Dalam kasus kota atau kabupaten kecil, posisi deputi itu bisa dihilangkan. Namun bagi provinsi besar, dimungkinkan keberadaan tiga Wagub.
Namun sebelum itu terjadi, imbuhnya, para kandidat kepala daerah itu baru boleh maju setelah mendapat dukungan suara antara 15-20 persen dari partai pengusung. Revisi juga masih mengakomodir jalur perseorangan.

Rabu, 08 Juni 2011

Pidato Mantan Presiden RI, BJ Habibie


Mantan Presiden BJ Habibie mengungkapan secara tepat analisanya mengenai penyebab nilai-nilai Pancasila yang seolah-olah diabaikan pasca era reformasi. Tak heran bila pidato yang disampaikannya secara berapi-api itu memukau para hadirin puncak peringatan Hari Lahir Pancasila.

Acara itu dihadiri oleh Presiden Kelima Megawati dan Presiden SBY. Mereka berpidato bergiliran. Berikut ini teks pidato lengkap Habibie yang disampaikan dalam acara yang digelar di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (1/6/2011).

Assalamu ‘alaikum wr wb, salam sejahtera untuk kita semua.

Hari ini tanggal 1 Juni 2011, enam puluh enam tahun lalu, tepatnya 1 Juni 1945, di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Bung Karno menyampaikan pandangannya tentang fondasi dasar Indonesia Merdeka yang beliau sebut dengan istilah Pancasila sebagai philosofische grondslag (dasar filosofis) atau sebagai weltanschauung (pandangan hidup) bagi Indonesia Merdeka.

Selama enam puluh enam tahun perjalanan bangsa, Pancasila telah mengalami berbagai batu ujian dan dinamika sejarah sistem politik, sejak jaman demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, era Orde Baru hingga demokrasi multipartai di era reformasi saat ini. Di setiap jaman, Pancasila harus melewati alur dialektika peradaban yang menguji ketangguhannya sebagai dasar filosofis bangsa Indonesia yang terus berkembang dan tak pernah berhenti di satu titik terminal sejarah.

Sejak 1998, kita memasuki era reformasi. Di satu sisi, kita menyambut gembira munculnya fajar reformasi yang diikuti gelombang demokratisasi di berbagai bidang. Namun bersamaan dengan kemajuan kehidupan demokrasi tersebut, ada sebuah pertanyaan mendasar yang perlu kita renungkan bersama: Di manakah Pancasila kini berada?

Pertanyaan ini penting dikemukakan karena sejak reformasi 1998, Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang tak lagi relevan untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila seolah hilang dari memori kolektif bangsa. Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip, dan dibahas baik dalam konteks kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan. Pancasila seperti tersandar di sebuah lorong sunyi justru di tengah denyut kehidupan bangsa Indonesia yang semakin hiruk-pikuk dengan demokrasi dan kebebasan berpolitik.

Mengapa hal itu terjadi? Mengapa seolah kita melupakan Pancasila?

Para hadirin yang berbahagia,

Ada sejumlah penjelasan, mengapa Pancasila seolah "lenyap" dari kehidupan kita. Pertama, situasi dan lingkungan kehidupan bangsa yang telah berubah baik di tingkat domestik, regional maupun global. Situasi dan lingkungan kehidupan bangsa pada tahun 1945 -- 66 tahun yang lalu -- telah mengalami perubahan yang amat nyata pada saat ini, dan akan terus berubah pada masa yang akan datang. Beberapa perubahan yang kita alami antara lain:
(1) terjadinya proses globalisasi dalam segala aspeknya;
(2) perkembangan gagasan hak asasi manusia (HAM) yang tidak diimbagi dengan kewajiban asasi manusia (KAM);
(3) lonjakan pemanfaatan teknologi informasi oleh masyarakat, di mana informasi menjadi kekuatan yang amat berpengaruh dalam berbagai aspek kehidupan, tapi juga yang rentan terhadap "manipulasi" informasi dengan segala dampaknya.

Ketiga perubahan tersebut telah mendorong terjadinya pergeseran nilai yang dialami bangsa Indonesia, sebagaimana terlihat dalam pola hidup masyarakat pada umumnya, termasuk dalam corak perilaku kehidupan politik dan ekonomi yang terjadi saat ini. Dengan terjadinya perubahan tersebut diperlukan reaktualisasi nilai-nilai pancasila agar dapat dijadikan acuan bagi bangsa Indonesia dalam menjawab berbagai persoalan yang dihadapi saat ini dan yang akan datang, baik persoalan yang datang dari dalam maupun dari luar. Kebelum-berhasilan kita melakukan reaktualisasi nilai-nilai Pancasila tersebut menyebabkan keterasingan Pancasila dari kehidupan nyata bangsa Indonesia.

Kedua, terjadinya euphoria reformasi sebagai akibat dari traumatisnya masyarakat terhadap penyalahgunaan kekuasaan di masa lalu yang mengatasnamakan Pancasila. Semangat generasi reformasi untuk menanggalkan segala hal yang dipahaminya sebagai bagian dari masa lalu dan menggantinya dengan sesuatu yang baru, berimplikasi pada munculnya ‘amnesia nasional' tentang pentingnya kehadiran Pancasila sebagai grundnorm (norma dasar) yang mampu menjadi payung kebangsaan yang menaungi seluruh warga yang beragam suku bangsa, adat istiadat, budaya, bahasa, agama dan afiliasi politik. Memang, secara formal Pancasila diakui sebagai dasar negara, tetapi tidak dijadikan pilar dalam membangun bangsa yang penuh problematika saat ini.

Sebagai ilustrasi misalnya, penolakan terhadap segala hal yang berhubungan dengan Orde Baru, menjadi penyebab mengapa Pancasila kini absen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Harus diakui, di masa lalu memang terjadi mistifikasi dan ideologisasi Pancasila secara sistematis, terstruktur dan massif yang tidak jarang kemudian menjadi senjata ideologis untuk mengelompokkan mereka yang tak sepaham dengan pemerintah sebagai "tidak Pancasilais" atau "anti Pancasila" . Pancasila diposisikan sebagai alat penguasa melalui monopoli pemaknaan dan penafsiran Pancasila yang digunakan untuk kepentingan melanggengkan kekuasaan. Akibatnya, ketika terjadi pergantian rezim di era reformasi, muncullah demistifikasi dan dekonstruksi Pancasila yang dianggapnya sebagai simbol, sebagai ikon dan instrumen politik rezim sebelumnya. Pancasila ikut dipersalahkan karena dianggap menjadi ornamen sistem politik yang represif dan bersifat monolitik sehingga membekas sebagai trauma sejarah yang harus dilupakan.

Pengaitan Pancasila dengan sebuah rezim pemerintahan tententu, menurut saya, merupakan kesalahan mendasar. Pancasila bukan milik sebuah era atau ornamen kekuasaan pemerintahan pada masa tertentu. Pancasila juga bukan representasi sekelompok orang, golongan atau orde tertentu. Pancasila adalah dasar negara yang akan menjadi pilar penyangga bangunan arsitektural yang bernama Indonesia. Sepanjang Indonesia masih ada, Pancasila akan menyertai perjalanannya. Rezim pemerintahan akan berganti setiap waktu dan akan pergi menjadi masa lalu, akan tetapi dasar negara akan tetap ada dan tak akan menyertai kepergian sebuah era pemerintahan!

Para hadirin yang berbahagia,

Pada refleksi Pancasila 1 Juni 2011 saat ini, saya ingin menggarisbawahi apa yang sudah dikemukakan banyak kalangan yakni perlunya kita melakukan reaktualisasi, restorasi atau revitalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam rangka menghadapi berbagai permasalahan bangsa masa kini dan masa datang. Problema kebangsaan yang kita hadapi semakin kompleks, baik dalam skala nasional, regional maupun global, memerlukan solusi yang tepat, terencana dan terarah dengan menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai pemandu arah menuju hari esok Indonesia yang lebih baik.

Oleh karena Pancasila tak terkait dengan sebuah era pemerintahan, termasuk Orde Lama, Orde Baru dan orde manapun, maka Pancasila seharusnya terus menerus diaktualisasikan dan menjadi jati diri bangsa yang akan mengilhami setiap perilaku kebangsaan dan kenegaraan, dari waktu ke waktu. Tanpa aktualisasi nilai-nilai dasar negara, kita akan kehilangan arah perjalanan bangsa dalam memasuki era globalisasi di berbagai bidang yang kian kompleks dan rumit.

Reformasi dan demokratisasi di segala bidang akan menemukan arah yang tepat manakala kita menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila dalam praksis kehidupan berbangsa dan bernegara yang penuh toleransi di tengah keberagaman bangsa yang majemuk ini. Reaktualisasi Pancasila semakin menemukan relevansinya di tengah menguatnya paham radikalisme, fanatisme kelompok dan kekerasan yang mengatasnamakan agama yang kembali marak beberapa waktu terakhir ini. Saat infrastruktur demokrasi terus dikonsolidasikan, sikap intoleransi dan kecenderungan mempergunakan kekerasan dalam menyelesaikan perbedaan, apalagi mengatasnamakan agama, menjadi kontraproduktif bagi perjalanan bangsa yang multikultural ini. Fenomena fanatisme kelompok, penolakan terhadap kemajemukan dan tindakan teror kekerasan tersebut menunjukkan bahwa obsesi membangun budaya demokrasi yang beradab, etis dan eksotis serta menjunjung tinggi keberagaman dan menghargai perbedaan masih jauh dari kenyataan.

Krisis ini terjadi karena luruhnya kesadaran akan keragaman dan hilangnya ruang publik sebagai ajang negosiasi dan ruang pertukaran komunikasi bersama atas dasar solidaritas warganegara. Demokrasi kemudian hanya menjadi jalur antara bagi hadirnya pengukuhan egoisme kelompok dan partisipasi politik atas nama pengedepanan politik komunal dan pengabaian terhadap hak-hak sipil warganegara serta pelecehan terhadap supremasi hukum.

Dalam perspektif itulah, reaktualisasi Pancasila diperlukan untuk memperkuat paham kebangsaan kita yang majemuk dan memberikan jawaban atas sebuah pertanyaan akan dibawa ke mana biduk peradaban bangsa ini berlayar di tengah lautan zaman yang penuh tantangan dan ketidakpastian? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita perlu menyegarkan kembali pemahaman kita terhadap Pancasila dan dalam waktu yang bersamaan, kita melepaskan Pancasila dari stigma lama yang penuh mistis bahwa Pancasila itu sakti, keramat dan sakral, yang justru membuatnya teraleinasi dari keseharian hidup warga dalam berbangsa dan bernegara. Sebagai sebuah tata nilai luhur (noble values), Pancasila perlu diaktualisasikan dalam tataran praksis yang lebih ‘membumi' sehingga mudah diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan.

Para hadirin yang berbahagia,

Sebagai ilustrasi misalnya, kalau sila kelima Pancasila mengamanatkan terpenuhinya "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia", bagaimana implementasinya pada kehidupan ekonomi yang sudah menggobal sekarang ini?

Kita tahu bahwa fenomena globalisasi mempunyai berbagai bentuk, tergantung pada pandangan dan sikap suatu Negara dalam merespon fenomena tersebut. Salah satu manifestasi globalisasi dalam bidang ekonomi, misalnya, adalah pengalihan kekayaan alam suatu Negara ke Negara lain, yang setelah diolah dengan nilai tambah yang tinggi, kemudian menjual produk-produk ke Negara asal, sedemikian rupa sehingga rakyat harus "membeli jam kerja" bangsa lain. Ini adalah penjajahan dalam bentuk baru, neo-colonialism, atau dalam pengertian sejarah kita, suatu "VOC (Verenigte Oostindische Companie) dengan baju baru".

Implementasi sila ke-5 untuk menghadapi globalisasi dalam makna neo-colnialism atau "VOC-baju baru" itu adalah bagaimana kita memperhatikan dan memperjuangkan "jam kerja" bagi rakyat Indonesia sendiri, dengan cara meningkatkan kesempatan kerja melalui berbagai kebijakan dan strategi yang berorientasi pada kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Sejalan dengan usaha meningkatkan "Neraca Jam Kerja" tersebut, kita juga harus mampu meningkatkan "nilai tambah" berbagai produk kita agar menjadi lebih tinggi dari "biaya tambah"; dengan ungkapan lain, "value added" harus lebih besar dari "added cost". Hal itu dapat dicapai dengan peningkatan produktivitas dan kualitas sumberdaya manusia dengan mengembangkan, menerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam forum yang terhormat ini, saya mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya para tokoh dan cendekiawan di kampus-kampus serta di lembaga-lembaga kajian lain untuk secara serius merumuskan implementasi nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam lima silanya dalam berbagai aspek kehidupan bangsa dalam konteks masa kini dan masa depan. Yang juga tidak kalah penting adalah peran para penyelenggara Negara dan pemerintahan untuk secara cerdas dan konsekuen serta konsisten menjabarkan implementasi nilai-nilai Pancasila tersebut dalam berbagai kebijakan yang dirumuskan dan program yang dilaksanakan. Hanya dengan cara demikian sajalah, Pancasila sebagai dasar Negara dan sebagai pandangan hidup akan dapat ‘diaktualisasikan' lagi dalam kehidupan kita.

Memang, reaktualisasi Pancasila juga mencakup upaya yang serius dari seluruh komponen bangsa untuk menjadikan Pancasila sebagai sebuah visi yang menuntun perjalanan bangsa di masa datang sehingga memposisikan Pancasila menjadi solusi atas berbagai macam persoalan bangsa. Melalui reaktualisasi Pancasila, dasar negara itu akan ditempatkan dalam kesadaran baru, semangat baru dan paradigma baru dalam dinamika perubahan sosial politik masyarakat Indonesia.

Para hadirin yang saya hormati,

Oleh karena itu saya menyambut gembira upaya Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akhir-akhir ini gencar menyosialisasikan kembali empat pilar kebangsaan yang fundamental: Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI. Keempat pilar itu sebenarnya telah lama dipancangkan ke dalam bumi pertiwi oleh para founding fathers kita di masa lalu. Akan tetapi, karena jaman terus berubah yang kadang berdampak pada terjadinya diskotinuitas memori sejarah, maka menyegarkan kembali empat pilar tersebut, sangat relevan dengan problematika bangsa saat ini. Sejalan dengan itu, upaya penyegaran kembali juga perlu dilengkapi dengan upaya mengaktualisasikan kembali nilai-nilai yang terkandung dalam keempat pilar kebangsaan tersebut.

Marilah kita jadikan momentum untuk memperkuat empat pilar kebangsaan itu melalui aktualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai weltanschauung, yang dapat menjadi fondasi, perekat sekaligus payung kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan membumikan nilai-nilai Pancasila dalam keseharian kita, seperti nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai permusyawaratan dan keadilan sosial, saya yakin bangsa ini akan dapat meraih kejayaan di masa depan. Nilai-nilai itu harus diinternalisasikan dalam sanubari bangsa sehingga Pancasila hidup dan berkembang di seluruh pelosok nusantara.

Aktualisasi nilai-nilai Pancasila harus menjadi gerakan nasional yang terencana dengan baik sehingga tidak menjadi slogan politik yang tidak ada implementasinya. Saya yakin, meskipun kita berbeda suku, agama, adat istiadat dan afiliasi politik, kalau kita mau bekerja keras kita akan menjadi bangsa besar yang kuat dan maju di masa yang akan datang.

Melalui gerakan nasional reaktualisasi nilai-nilai Pancasila, bukan saja akan menghidupkan kembali memori publik tentang dasar negaranya tetapi juga akan menjadi inspirasi bagi para penyelenggara negara di tingkat pusat sampai di daerah dalam menjalankan roda pemerintahan yang telah diamanahkan rakyat melalui proses pemilihan langsung yang demokratis. Saya percaya, demokratisasi yang saat ini sedang bergulir dan proses reformasi di berbagai bidang yang sedang berlangsung akan lebih terarah manakala nilai-nilai Pancasila diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Demikian yang bisa saya sampaikan. Terimakasih atas perhatiannya.

Wassalamu ‘alaikum wr wb.

Senin, 06 Juni 2011

Gempa Berkekuatan 3.9 SR Kembali di Rasakan Kebumen dan Banjarnegara





Plotting posisi kedua episentrum dan Kabupaten Kebumen. Nampak keduanya hanya tepisah jarak 4 km sehingga kemungkinan sumber gempanya adalah patahan dangkal sepanjang +/- 4 km yang terletak di perbatasan Kebumen-Banjarnegara. Lingkaran-lingkaran berlabel 3, 2, 1 menunjukkan batas daeah yang menerima getaran 3 MMI, 2 MMI dan 1 MMI.
Gempa tektonik berkekuatan 3,9 Skala Richter kembali mengguncang sebagian wilayah Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (6/6). Gempa terjadi pukul 02.11 WIB.

"Gempa kali ini berlokasi di 7,46 derajat lintang selatan dan 109,66 derajat bujur timur atau 24 kilometer barat laut Kebumen dengan kedalaman 11 kilometer," kata Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Banjarnegara, Ahmad Lani, melalui pesan singkat yang diterima ANTARA di Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara.

Gempa tersebut dirasakan di Banjarnegara III MMI (Mercalli Modify Intensity).

Sebelumnya, gempa tektonik berkekuatan 3,7 SR mengguncang sebagian wilayah Kabupaten Banjarnegara, Minggu (5/6), pukul 21.02 WIB.

Ia, mengatakan, gempa tersebut berlokasi di 7,60 derajat lintang selatan dan 109,67 derajat bujur timur.

"Lokasi gempa berada di wilayah Bantarkawung atau sekitar delapan kilometer sebelah Timur Laut Kebumen dengan kedalaman 10 kilometer. Ini gempa lokal dan dapat dirasakan hingga III MMI (Mercalli Modify Intensity) di Banjarnegara," katanya.

Pihaknya masih menunggu hasil analisis BMKG Pusat terkait penyebab gempa. "Kami masih menunggu hasil analisis dari pusat, apakah ada sesar yang aktif karena di wilayah Bantarkawung banyak terdapat sesar," katanya.

Seorang warga Kota Banjarnegara, Dhian, mengatakan, guncangan gempa, Senin dini hari tersebut, dirasakan cukup kencang.

"Banjarnegara diguncang gempa lagi, guncangannya lebih kencang dari yang semalam (5/6). Semoga tidak berimbas ke Gunung Dieng," katanya.

Kebumen Diguncang Gempa Hari INi, Minggu 05 Juni 2011

Kebumen, Gempa kembali dirasakan oleh warga kebumen dan Banjarnegara, Minggu Malam
05/06/2011-21:02:08 WIB.

Pusat gempa berada di darat 21 km Timur Laut Kebumen, dengan kekuatan 3.7 pada SR.

No. Tanggal Mag Kedlm Lokasi Keterangan Dirasakan
(MMI)
1 05/06/2011-21:02:08 WIB 3.7 SR 10 Km 7.49 LS 109.68 BT Pusat gempa berada di darat 21 km Timur Laut Kebumen III Banjarnegara, III Kebumen,
2 05/06/2011-18:40:06 WIB 3.1 SR 14 Km 8 LS 110.22 BT Pusat gempa berada di darat 19 km barat daya Bantul II-III Yogyakarta,
3 05/06/2011-16:41:04 WIB 4.3 SR 56 Km 2.59 LS 101.95 BT Pusat gempa berada di darat 65 km Barat laut Muaraman II Bengkulu,
4 05/06/2011-15:19:26 WIB 3.7 SR 10 Km 0.6 LS 99.78 BT Pusat gempa berada di laut 32 km Barat Daya Sungai Limau Pariaman II Padang Panjang,

Sumber : http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Geofisika/GempaDirasakan.bmkg

Kamis, 02 Juni 2011

Menyikapi Islamophobia di AS



Sebagai seorang Muslim yang sekarang ini tinggal di Amerika Serikat, tentu sangat terasa betapa ketakutan secara tidak rasional terhadap Islam, yang kerap dikenal dengan ‘Islamophobia’ berada pada tingkatan yang sangat tinggi. Secara pribadi, saya belum mengalami sikap anti Islam yang berlebihan, terkecuali bahwa beberapa kali ketika akan melakukan ‘check-in’ di airport harus melalui tahap ‘klarifikasi latar belakang’ (back ground checking). Jawaban yang selama ini selalu saya dapatkan adalah karena ribuan ‘last name Ali’ yang perlu diteliti.

Tiga tahun lalu, ketika mereka akan terbang mengikuti konferensi tahunan Imams (Imams Federation Annual Convention), enam orang Imams tertahan untuk terbang hanya karena melakukan shalat di airport, atau di atas pesawat. Kasus 6 Imam ini kemudian dikenal dengan ‘flying Imams’ berhasil dimenangkan dengan tuntutan perdata yang cukup tinggi.

Minggu lalu, untuk mengikuti acara tahunan yang sama, ada dua orang Imam dari Memphis yang tertahan dan bahkan tidak diperkenankan untuk terbang pesawat Delta. Alasannya hanya karena sebagian penumpang ‘nggak sreg’ (uneasy) dengan keberadaan dua Imam tersebut dalam pesawat menuju Charlotte (North Caroline). Walau pada akhirnya kemudian diterbangkan dengan pesawat selanjutnya, namun Delta masih bertahan untuk tidak meminta maaf. Bahkan alasannya hanya ‘untuk meyakinkan keamanan’. Seolah kehadiran dua penumpang itu memang menjadi ancaman bagi keamanan.

Teman saya, Imam Amin Abdul Latif, ketua Majlis Shura NYC, pada hari yang sama ketika akan terbang dari LGA (La Guardia) New York menuju Charlotte, juga oleh pesawat American ditolak untuk diterbangkan. Bahkan tragisnya, hingga kini belum didapatkan alasan yang jelas.
Di berbagai belahan AS, ada kejadian-kejadian buruk terhadap komunitas Muslim. Di sebuah kota kecil ada mesjid yang di pintunya digantungkan daging babi (bacon). Ada pula yang dicoret-coret dengan kata-kata yang menghina atau bahkan ancaman.

Tidak terlupakan penentangan-penentangan terhadap proyek rumah ibadah (masjid/Islamic Center) di berbagai belahan negeri ini. Dari proyek masjid di Memphis, Brooklyn, Staten Island, hingga yang paling heboh, proyek Islamic Center dekat Ground Zero yang juga dikenal dengan Park5 Community Center.
Semua kasus tersebut di atas kemudian secara sigap ditangkap oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan, termasuk para politisi yang memiliki kalkulasi sempit. Saya katakan memiliki kalkulasi sempit karena dianggapnya dengan memainkan sentimen dan emosi rakyat mereka akan meraih kemenangan. Ternyata meyoritasnya justeru meleset. Rick Lazio calon gubernur New York  ketika itu misalnya, yang ketika berkampanye memainkan sentimen masyarakat New York dengan issue Park51, justeru pada saat babak penyisihan untuk maju sebagai calon Republikan, hanya meraih 20% lebih suara pemilih.

Beberapa pihak tentunya menggunakan isu Islam sebagai ‘sumber kehidupan’ (material interest) dan/atau memang karena murni kebenciannya kepada agama ini. Jika anda google kata Islam, atau konsep-konsep yang rentang disalah pahami, termasuk ‘syariah’ dan ‘jihad’, akan anda dapati mereka ini dengan berbagai proyek yang sebenarnya bertujuan untuk meraih kepentingan duniawi. Mungkin yang paling terkenal di antara mereka adalah Daniel Pipe, yang di kalangan sebagian Yahudi pun dikenal sebagai ‘extremist’.

Akar Penyebab
Pada umumnya, ketika ada kejadian yang kurang mengenakkan bagi komunitas Muslim, yang terjadi adalah reaksi ‘marah’ lalu disusul dengan berbagai sikap negatif, minimal dengan kutukan. Bahkan tidak jarang reaksi itu menimbulkan korban yang tidak sedikit, baik korban jiwa maupun material. Sedihnya, justeru mayoritasnya korban itu adalah pihak Muslim sendiri.

Untuk itu, ada baiknya barangkali jika kita coba melihat secara dekat kembali akan kemungkinan faktor atau penyebab terjadinya ‘rasa takut yang tidak masuk akal’ (ini adalah salah satu defenisi Islamophobia dari berbagai defenisi yang ada) sebagain non Muslim kepada Islam. Dengan mengetahui penyebabnya, kita bisa dengan mudah mencari obat yang sesuai dengannya.
Saya membagi berbagai akar penyebab ini kepada dua sisi. Pertama, sisi non Muslim. Dan yang kedua, sisi Muslim itu sendiri.

Sisi non Muslim
Pertama: faktor media
Saya menempatkan media di urutan pertama karena ternyata seringkali dan umumnya memainkan kenyataan masyarakat yang memang masih bodoh dengan agama Islam. Kekuatan media dalam membentuk presepsi tenyata sangat dahsyat dan terkadang menjadi penentu bagaimana sebuah permasalahan kemudian terbentuk. Hitam atau putihnya, salah atau benarnya sebuah isu terkadang banyak ditentukan oleh bagaimana kemudian media mempropagandakan.

Inilah barangkali latar belakang kenapa di dalam Al Qur’an Allah SWT telah mengingatkan kita dengan kenyataan itu:
Mereka berkehendak untuk memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka’ (As-Saf). Mulut-mulut yang dimaksud tentunya bukan lagi mulut atau lisan yang kita kenal secara literal. Melainkan berbagai alat komunikasi yang handal, dan ternyata media adalah alat paling handal dalam dunia yang berkarakter ‘telekomunikasi’ saat ini.

Senin, 9 Mei lalu, saya mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Donald Trump, pebisnis real state yang kaya raya. Pertemuan ini terjadi atas permintaan saya melalui teman dekat, Russel Simmons, raja hip hop yang terkenal. Dasarnya adalah untuk mendapatkan klarifikasi dari sebuah pernyataan yang disampaikan oleh Donald Trump dalam sebuah wawancara di Fox News bersama O’Rally bahwa Islam dan Muslim itu adalah masalah.

Singkatnya pertemuan itu terjadi salam suasana yang sangat akrab, yang mengharuskan saya mengakui bahwa Donald Trump yang selama ini kita kenal dari media berbeda dari Donald Trump yang kami temui saat itu. Bahkan secara kelakar saya sampaikan hal ini kepada beliau: ‘You are certainly a different Donald Trump from the one I knew from the media’. Dia tersenyum dan menjawab singkat: ‘And you áre a different Muslim from what I knew from the media’.

Dalam pertemuan yang memakan waktu sekitar sejam itu Donald Trump mengakui bahwa media itu ternyata banyak menyajikan ‘misinformasi’ mengenai Islam. Dan dia dengan terbuka juga mengakui akan kebutaannya terhadap agama ini. Dan karenanya sangat berterima kasih atas kunjungan dan keinginan untuk mengklarifikasi banyak hal tentang Islam, khususnya mengenai konsep syari’ah dalam Islam.

Kalau saja seorang nama besar seperti Donald Trump bisa menjadi korban media, apalagi jutaan rakyat-rakyat di pinggiran kota Amerika Serikat? Apalagi mereka yang memang belum mendapatkan akses atau interaksi langsung dengan masyarakat Muslim? Sangat dimaklumi tentunya.

Kedua: faktor ketidak tahuan (ignorance)
Mayoritas mereka yang ketakutan dengan agama ini, baik yang bersifat pasif (diam saja) maupun yang aktif (terlibat berbagai usaha untuk menentang perkembangannya) disebabkan oleh kebodohannya terhadap agama ini. Atau minimal merasa tahu, tapi sesungguhnya pengetahuannya itu tidak pada tempatnya (misunderstanding).

Sekitar sebulan lalu, saya ikut dalam sebuah ‘counter rally’ yang diorganisir oleh Muslim Consultative Network dan MAS Brooklyn untuk mengcounter sebuah demonstrasi yang diorganisir oleh sekelompok orang yang menamai diri People of Sheepshead Bay. Kelompok ini sangat keras menentang proyek sebuah masjid di daerah tersebut dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal dan realistik.
Salah seorang di antara mereka, nampak setengah baya dan cukup terdidik (dari penampilan) memegang sebuah slogan dengan tulisan ‘SHARIAH LAW’. Tulisan ini dikelilingi oleh gambar tetesan-tetesan darah, gambar wanita dengan burqah, serta seorang pemuda menganyungkan pedang dengan mimik wajah yang seram.

Sebelum bergabung dengan kelompok ‘pembela proyek’ (saya memilih kata pembela karena ternyata mayoritas yg hadir membela proyek tersebut adalah teman-teman non Muslim), saya mendekati pria tersebut dan bertanya: ‘What does Shariah mean?’. Sambil tersenyum sinis, dia menjawab: ‘I don’t know. But this is the Islamic Law that those people want to impose on America’. Saya lanjutkan pertanyaan: ‘what kind of law is it?’ Dia hanya berpura-pura tidak mendengar dan menghindar dari kejaran pertanyaan-pertanyaan saya.

Intinya, betapa kebanyakan mereka yang ketakutan dengan agama ini memang disebabkan oleh kebodohan (ignorance) atau kesalah pahaman (misunderstanding) yang ada pada mereka. Dan terkadang kebodohan tersebut tidak terdeteksi oleh mereka karena juga ditopang oleh sikap ‘prejudice’ dan bahkan ‘racist’ terhadap kaum Muslim, yang dianggap pendatang (imigran). Padahal, lebih 50% warga Muslim Amerika sekarang ini adalah ‘born’ atau ‘revert’ American Muslim.
Tapi yang lebih penting lagi, who should claim to be original American other than ‘Native Indian American?’.

Ketiga: faktor politik
Faktor politik juga sangat penyebab dominan tumbuhnya islamophobia di masyarakat Amerika. Terpilihnya George W Bush menjadi presiden ke 43 Amerika Serikat diwarnai oleh keyakinan agamanya yang kental, yang kemudian banyak terefleksi dalam berbagai pernyataan dan bahkan kebijakan yang diambil di kemudian hari. Dengan gamblang misalnya G.W Bush pernah menyatakan bahwa perang kepada terror adalah ‘crusade’ atau perang salib.

Majalah Time pernah memuat berbagai ‘instruksi’ Menteri Pertahanan di bawah presiden G.W. Bush, Donald Rumsfeld, terhadap para komando militer di Afghanistan yang disertai dengan berbagai cuplikan ayat-ayat Injil.

Mungkin contoh terdekat adalah proyek Park51 yang dikenal oleh sebagian masyarakat Amerika sebagai ‘Ground Zero Mosque’. Proyek ini sebenarnya pernah dimuat oleh halama muka surat kabar harian New York Times pada bulan Desember 2009. Ketika itu, tak siapapun yang mempermasalahkan, apalagi menentangnya. Akan tetapi menjelang diadakannya ‘mid-term election’, termasuk pemilihan Gubernur New York ketika itu, isu ini mencuat karena sebagian politisi, termasuk Rick Lazio, salah satu calon dari Republikan menjadikannya sebagai ‘pusat kampanye’.

Dari sinilah awalnya kemudian meluas dan bahkan menjadi isu nasional yang panas. Para politisi Republikan, khususnya garis keras dari kalangan ‘Tea Party’ melakukan kampanye besar-besaran menentang proyek tersebut dengan berbagai alasan yang tidak berdasar dan masuk akal. Sarah Palin dan Newt Gingrit serta para politisi menjadikan isu ini sebagai komoditi berharga bagi kampanye kepentingan politik mereka.
Benar apa yang kemudian dibisikkan oleh Walikota New York ke saya pada saat acara buka puasa di kediamannya. Menurut beliau: ‘Imam, don’t be sad that much. Wait till November. Every thing will calm down’. Nopember adalah bulan di mana pemilihan gubernur New York yang baru diadakan, yang ternyata dimenangkan oleh Gubernur Cuomo dari Partai Demokrat. Michel Bloomberg sendiri selama masa-masa kritis itu telah memperlihatkan idelisme membela ‘hak konstitusi’ bagi komunitas Muslim itu. Saya sempat menangkap kemurnian tekad itu karena saya sendiri mendampingi beliau ketika melakukan ‘Press Briefing’ di Governor Island, di mana saya diminta untuk memberikan statemen mewakili komunitas Muslim.

Barangkali kita masih ingat, betapa Barack Obama dikampanyekan sebagai seorang Muslim oleh lawan-lawab politiknya ketika itu. Isu Islam di sini nampak dipakai sebagai alat politik oleh sebagai politisi karena diketahui bahwa memang banyak masyarakat Amerika yang masih ketakutan dengan kata itu (Islam). Kenyataannya, hingga kini masih ada upaya-upaya untuk mengaitkan Obama dengan agama Islam.
Semua kenyataan di atas menjadi bukti bahwa tumbuhnya rasa takut kepada agama ini karena juga didorong oleh prilaku para politisi yang menjadikan agama ini sebagai alat kepentingan kampanye mereka. Dengan demikian, faktor politik dalam menumbuhkan rasa takut atau islamophobia itu tidak bisa diingkari.
Keempat: Arogansi mayoritas dan rasa tidak aman (insecurity)

Sikap seperti ini tidak saja terjadi di kalangan non Muslim kepada Muslim. Tapi juga sebaliknya, di beberapa negara mayoritas Muslim arogansi mayoritas itu memang ada. Ada perasaan bahwa karena kita adalah mayoritas maka yang lain harus kurang atau lebih rendah dari kita yang mayoritas. Hal ini memudahkan terjadinya prilaku yang bertentangan dengan ‘nilai-nilai Islam’ yang rahmatan lil-alamin itu.
Apalagi rasa ‘tidak aman’ (insecurity) itu seringkali melanda sebagian masyarakat mayoritas. Khawatir kalau-kalau pendatang baru itu datang dan mengambil alih. Atau minimal akan mendominasi apa yang telah dianggap sebagai ‘exclusive ownership’, termasuk negara itu sendiri.

Hal ini bukan pengecualian kepada bangsa Amerika Serikat. Sejak beberapa bulan dan bahkan tahun terakhir, di mana-mana ketika kita mendengarkan teriakan demonstran menentang ‘proyek Islam’ seperti masjid, Islamic Center, dll., kata-kata seperti ‘Dominasi’ (dominance), ‘ambil alih’ (take over), dll. menjadi sangat umum.

Dan terkadang mereka memakai pandangan atau statemen orang-orang yang memang tidak saja tidak sependapat dengan mainstream komunitas Muslim, tapi jelas-jelas mereka yang sengaja menampakkan diri sebagai ‘Muslim radicals’. Kelompok-kelompok tertentu seperti ‘Muslim Revolution’ dan ‘Islamic Thinker Society’ memiliki slogan yang mereka pakai seperti ‘one day we will take over the White House’. Kelompok Al-Muhajirun di Inggris misalnya dengan terang-terangan mengatakan demikian dalam sebuah wawancara dengan CNN.

Perkembangan Islam dan komunitas Muslim di Amerika Serikat, baik secara kwantitas mapun secara kwalitas jelas menimbulkan rasa ‘tidak aman’ tersebut. Jumlah kaum Muslim di AS terus menanjak dan bahkan di luar dugaan semakain berkembang di tengah berbagai badai islamophobia yang berkembang. Kwalitas umat Islam juga semakin nampak dan diakui dengan peranan yang dimainkan dalam berbagai dimensi kehidupan masyarakat, baik secara politik, ekonomi, pendidikan dan budaya, dll.

Sisi Muslim
Tidak dapat dipungkiri bahwa tingginya islamophobia juga disebabkan oleh pengikut agama ini sendiri. Bahkan boleh jadi mayoritas penyebab tersebut justeru datang dari umat Islam itu sendiri. Dengan kata lain, islamophobia terkadang merupakan ‘reaksi’ dari dari ‘aksi’ umat itu sendiri. Beberapa hal dapat disebutkan antara lain:

Pertama: Misrepresentasi ajaran Islam
Sesungguhnya Islam itu indah. Dan sungguh keindahan itu tak terkalahkan oleh keindahan apapun (lyuzhirahu ‘aladdini kullih). Dan mata siapapun yang melihatnya pasti akan jatuh hati, walau kebanyakan manusia mengingkari kata hatinya.

Teringat seorang baduwi yang datang ke Mekah untuk menemui seseorang yang dikenal ahli sihir, pemecah belah, dan pemberontak. Namanya Muhammad bin Abdullah (SAW). Setibanya di sekitar ka’bah sang baduwi tidak menemui siapapun kecuali seseorang yang sedang beribadah, dengan wajah khusyu’ nan bersih bersinar.

Setelah selesai beribadah orang tersebut menengok ke arah sang baduwi disertai senyuman yang ramah. ‘Siapa gerangan engkau dan sedang apa?’. ‘Saya datang dari kampung seberang untuk menemui seseorang bernama Muhammad (SAW), jawabnya.

Mendengar itu, Rasulullah SAW kembali tersenyum dan bertanya: ‘Ada apa keperluannya dengan Muhammad?’ Sang baduwi menjawab: ‘ingin melihat langsung muka orang yang tersebut, yang katanya ahli sihir, gila dan pemecah belah masyarakat’.
Mendengar itu, kembali Rasulullah SAW tersenyum seraya menjawab: ‘Orang yang engkau cari itulah yang berdiri di hadapan engkau’.

Mendengar itu, sang baduwi hampir tak percaya. Terkejut, perperangah dan masih dalam keadaan bingun, dia menanyakan kembali: ‘betulkah engkau Muhammad?’. ‘Betul saudaraku’, jawab rasulullah SAW dengan ramah.

Mendengar dan melihat langsung keindahan reprsentasi islam dari rasulullah SAW seperti, menjadikan sang baduwi langsung mengikrarkan: ‘Ash-hadu an laa ilaaha illa Allah wa ash-hadu anna Muhammadan rasul Allah’.
Itu hanya satu dari segudang keindahan Islam. Dan Rasul sebagai representasi langsung dari keindahan itu telah membuktikan betapa tiada yang mampu menahan keindahannya. Dan itulah makna ayat: ‘Wa Allahu mutimmu nuurihi walau karihal kaafiruun’ (As-Shof).

Sayang, bahwa keindahan itu tertutupi oleh banyak hal. Tapi salah satu penutup keindahan itu adalah ‘misrepresentasi’ pengikutnya sendiri. Islam berada di sebuah lembah, sementara prilaku umatnya berada pada lembah yang lain. Tragisnya, dalam banyak hal orang lain menilai agama ini dari prilaku pengikutnya.
Maka, misrepresentasi Islam secara alami menumbuhkan ‘rasa takut’ (phobia) di kalangan banyak non Muslim.

Kedua: pemahaman yang sempit dan/atau di luar konteks yang benar
Ketakutan terhadap berbagai konsep keislaman, seperti jihad dan syari’ah, terkadang memang disebabkan oleh pemahaman sempit dan/atau di luar konteks yang sebenarnya.
Beberapa waktu yang lalu saya diminta untuk mengisi sebuah seminar tentang ‘Shari’ah’, sebuah istilah atau konsep baku dalam agama yang ditakuti oleh banyak kalangan di AS, termasuk beberapa politisi dan bahkan mereka yang menganggap diri sebagai kalangan akademis. Acara seminar ini diadakan secara khusus untuk non Muslim di daerah Long Island, New York.

Singkatnya, setelah acara itu banyak di antara mereka yang ‘appreciate highly’ apa yang kita sampaikan secara lugas, dengan bahasa yang mudah dan sederhana. Bahkan, organisasi Katolik do Long Island memuat makalah saya tersebut dalam website mereka untuk dibaca oleh para pengikutnya.

Ternyata, kebanyakan di antara mereka itu sebelum seminar memahami ‘shari’ah’ dari beberapa website Muslim radikal yang hanya memusatkan perhatian kepada ‘hukum pidana’, seperti potong tangan, rajam, dll. Sementara hal-hal lain, yang terkadang lebih menyentuh kehidupan ril umat, seperti kesalehan sosial, jujur dalam prilaku politik misalnya, adil dalam bisnis, dll., sama sekali tidak ditampilkan.

Memahami dan menampilkan konsep-konsep Islam, termasuk jihad dan shari’ah, secara sempit dan/atau di luar konteks, menjadikan banyak pihak yang ‘ketakutan’ dan bahkan cenderung untuk melihatnya sebagai musuh yang harus diperangi. Jihad yang dipahami secara terbatas sebagai ‘perang’ adalah pemahaman yang terbatas, dan terkadang di luar konteks. Dan harus diakui bahwa konsep yang mulia ini dalam banyak hal telah banyak disalah praktekkan oleh sebagian mereka yang mengaku berjuang untuk Allah dan agamaNya. Dan ini pula merupakan kontribusi besar terhadap ‘kesalah pahaman’ dan ‘ketakutan’ (phobia) non Muslim terhadap ajaran yang mulia ini.

Ketiga: Pemahaman dan praktek kultur atas nama agama
Memahami dan mempraktekkan agama berdasarkan kultur atau sebaliknya mempraktekkan ‘budaya’ atas nama agama boleh jadi menyebabkan kesalah pahaman yang besar terhadap agama ini. Kultur atau budaya adalah produk local masing-masing manusia. Semua kelompok manusia memiliki ‘afiliasi kultur’ masing-masing, dan boleh jadi bangga dengan kultur tersebut.

Masyarakat Muslim Timur tengah misalnya, memiliki kultur Timur Tengah. Mulai dari cara berpakaian, interaksi antar anggota masyarakat (cara salam, dll.), hingga kepada bagaimana mempersepsikan ‘ciri-ciri ketakwaan’ itu sendiri. Maka, bagi seorang Muslim saudí Arabia melihat seorang Muslim tanpa janggut yang panjang, boleh jadi dianggap islamnya kurang ‘sunnah’. Atau seorang Imam yang mengimami atau bahkan sedang jalan di jalan tanpa jubah dan sorban, maka Imam itu adalah imam yang kurang ‘sunnah’.

Beberapa praktek sosial Asia Selatan, Bangladesh, Pakistan dan India misalnya, di mana dalam pandangan fiqh mereka wanita seharusnya tidak ikut shalat berjamaah di masjid. Dan terkadang pelarangan ini didasarkan kepada sebuah hadits, yang didapati sebagai hadits dhaif, mengatakan bahwa sebaik-baik shalat bagi kaum wanita adalah di rumah. Dan sebaik-baik shalat di rumah mereka adalah di dalam kamar. Pandangan (walaupun dalam argumentasi fiqh) seperti ini tentunya banyak didasarkan kepada pemahaman kultur dan bukan murni ajaran Islam.

Bahkan tidak jarang kita temui orang-orang Timur tengah atau Asia Selatan yang tidak ingin menampakkan wajah yang ceria, mudah tersenyum, ketika berpapasan dengan sesama Muslim yang berlawanan jenis. Padahal, senyuman itu belum tentu diartikan godaan. Bahkan minimal menjawab salam misalnya, kita dapati ada yang tidak menjawab salam karena dianggap tabu berbicara kepada non muhrim.

Pemahaman dan praktek Islam seperti ini akan banyak berkontribusi kepada ‘kekhawatiran’ dan bahkan ‘ketakutan’ kepada non Muslim bahwa nantinya mereka akan dirubah secara radikal oleh Islam. Amerika memang punya karakteristik budaya pakaian (asal menutup aurat), yang terkadang oleh sebagian Muslim dilihat sebagai tidak Islami.

Beberapa waktu lalu, seorang Imam bercanda, walau saya anggap serius. Menurutnya, saya kok pakaiannya tidak menampakkan sebagai seorang Imam? Ketika saya tanya ‘what does it mean to be Imams like dress?’ Dia sendiri bingun dan tidak punya jawaban. Saya katakan ‘You will see one day in America an Imam with Jeans and Cowboy hat leading the prayer in the masajid’. And I said ‘there is nothing to worry about that!’.

Tentu banyak contoh yang dapat diberikan. Termasuk dalam hubungan suami isteri, masalah isu-isu domestik misalnya. Seorang suami karena secara kultur selalu dominan di beberapa negara Islam, di AS juga masih ingin seperti itu. Padahal, isteri telah disuguhi dengan berbagai konsep kesetaraan gender, yang seungguhnya kalau dipahami secara benar adalah konsep islam. Maka terjadi ‘gesekan-gesekan’ dalam rumah tangga yang besar.

Maksud saya, betapa pemahaman dan praktek agama yang didominasi oleh kultur menjadikan kaum Muslim di AS lamban dalam integrasi positif ke dalam masyarakat Amerika. Saya katakan integrasi positif sebab di mana saja Islam hadir tidak pernah membasmi budaya local, selama itu tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar agama. Bahkan praktek agama yang kemudian terasimilasi secara positif tanpa merubah ‘fondasinya’ itu sendiri.

Jika tidak, umat islam akan tetap dipandang sebagai tamu dan orang asing di negaranya sendiri. Mereka dianggap pendatang dan karenanya di saat-saat terjadi gesekan antar komunitas, mereka yang tidak menyukai umat ini terkadang berslogan ‘go back to your country’.

Keempat: kurangnya partisipasi sipil
Di antara perbedaan mendasar antara Amerika dan banyak negara adalah bahwa semakin kita terlibat partisipatif dalam seluru sisi kehidupan komunal, akan semakin banyak hak-hak yang dapat diraih dan akan semakin mendapat ‘appresiasi’ umum baik dari pemerintah maupun sesama anggota masyarakat.

Masyarakat Muslim di Amerika, khususnya generasi awal imigran, memang masih sangat pasif dalam kegiatan civic mereka. Hal ini terlihat betapa ‘marah dan gerahnya’ ketika ada sebuah perundang-undangan yang diloloskan dan ternyata merugikan umat Islam. Akan tetapi mereka lupa bahwa ketika memilih mereka yang duduk di kursi parlemen itu, mereka hanya bersifat ‘tidak mau tahu’.

Mungkin dalam tingkatan yang lebih kecil adalah berapa orang tua Muslim yang terlibat dalam acara-acara ‘parent teachers association?’. Padahal, kalau saja di organisasi ‘wali murid’ ini dapat dipengaruhi maka sungguh besar dampaknya dalam mengurangi ‘islamophobia’. Dengan keaktifan dalam acara-acara mereka, maka beberapa aspek budaya islam dapat disusupkan sehingga Islam dan Muslim semakin dikenal.

Untuk itu, sangat diharapkan agar para wali murid terlibat aktif, bahkan merasa memiliki sekolah tersebut. Sense of belonging ini menjadikan umat Islam akan terlibat aktif dalam upaya-upaya meningkatkan kualitas sekolah umum di AS sehingga tanpa disadari ternyata umat ini berkontribusi langsung kepada upaya menjadikan Amerika sebagai negara yang semakin berkualitas.

Di sini masyarakat Amerika akan membuka mata bahwa ternyata keberadaan Islam dan umat islam di Amerika bukanlah hal yang perlu ditakuti sebagai ‘threat’ (ancaman) tapi partner dalam membangun negara Amerika yang semakin kuat dan berkualitas.

Kesimpulan
Diakui bahwa islamophobia di Amerika Serikat masih sangat tinggi, khususnya setelah 11 September dan berbagai ‘peristiwa’ yang mengikutinya. Ketakutan sebagian masyarakat Amerika itu juga ternyata ‘terefleksi’ dalam berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah di kemudian hari, termasuk dilolskannya berbagai undang-undang (peraturan) yang sangat diskriminatif dan merugikan komunitas Muslim.

Namun demikian, kenyataan ini tidak perlu menjadikan umat Islam di Amerika pessismis, apalagi putus asa. Sebaliknya, seharusnya umat Islam AS sadar sejarah bahwa semua imigran yang datang ke AS mengalami hal sama, bahkan lebih buruk dari apa yang menimpa umat Islam saat ini. Padahal, kenyataannya mereka tidak harus dipaksa untuk menghadapi kenyataan seperti peristiwa 11 September 2001.

Tapi yang lebih menggembirakan adalah kenyataan bahwa ternyata Islamophobia tidak saja semakin mempopulerkan ajaran agama ini, sebaliknya semakin banyak mendapat dukungan, baik mereka yang memilih mengikuti ajarannya atau sekedar menjadi ‘benteng’ dari serangan-serangan refleksi ketakutan irasional tersebut. Mungkin saya sebutkan ‘Russell Simmons’, seorang raja bisnis entertainment (King of rapp) dan pebisnis ulung. Hampir di mana-mana sekarang ini justeru membela agama dan komunitas Islam, termasuk harus menemui Donalp Trump untuk mendakwahi tentang Islam yang ‘peace’!

Akhirnya, yang paling penting bagi umat ini, bukan apa yang Islamophobic (orang-orang islamophobia) lakukan. Tapi yang terpenting adalah ‘what i can do to face and challenge it’? Barangkali ungkapan yang paling tepat, seperti yang digambarkan dalam Al-Qur’an adalah ‘maa lakum an laa tuqaatiluu…..’. Makna sederhana dari ayat ini adalah ‘what is wrong with you, that makes you passive?’.

Semoga kita tersadarkan dari lamunan panjang untuk mencapai kesuksesan dengan berangan-angan dan berandai-andai. Semoga ‘islampphobia strikes’ (serangan-serangan Islamophobia) itu membangkitkan kita dari ketidak sadaran akan tanggung jawab. Atau sebaliknya menyadarkan kita bahwa kesadaran itu memerlukan ‘rasionalitas’ dalam bersikap sehingga ‘reaksi’ yang kita lakukan tetap berada dalam ‘limit-limit’ Islami dan ‘strategi; serta tujuan yang sesuai. Amin!
New York, 1 Juni 2011


Ditulis oleh Syamsi Ali, imam di Islamic Center of New York
Copy Paste : http://www.facebook.com/shamsi.ali

Download Gratis Buku PAI BP Kurikulum Merdeka

Download Gratis Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI BP) Kurikulum Merdeka melalui laman Sitem Informasi Perbukuan Indonesia (...